Mencari Gebrakan Baru Calon Kapolri Pengganti Idham Azis

CNN Indonesia
Sabtu, 13 Jun 2020 08:28 WIB
Kapolri Jenderal Pol Idham Azis berjalan seusai mengikuti upacara pelantikan yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (1/11/2019). Idham Azis ditetapkan menjadi Kapolri menggantikan Tito Karnavian yang diangkat menjadi Mendagri. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc.
Kepemimpinan Jenderal Idham Azis dinilai masih banyak seremoni tanpa substansi. Kapolri berikutnya diharapkan menunjukkan gebrakan baru. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jelang berakhirnya masa jabatan Kapolri Jenderal Idham Aziz pada awal 2021, bursa calon penggantinya mulai terlihat.

Indonesia Police Watch (IPW) mencatat delapan nama masuk bursa calon Kapolri. Mereka terdiri dari lima nama jenderal bintang tiga (Komisaris Jenderal) dan tiga nama bintang dua (Inspektur Jenderal).


Delapan nama itu yakni Kabaintelkam Komjen Rycko Amelza Dahniel, Kabaharkam Komjen Agus Andrianto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafly Amar, Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo dan Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, Jenderal bintang dua lain yakni Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana, Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Lutfhi dan terakhir Kapolda Jawa Timur Irjen M. Fadil Imran.

Pengamat kepolisian, Bambang Rukminto mengatakan selama menjabat setelah dilantik pada 1 November lalu, Idham terlihat lempeng-lempeng saja.

Artinya, menurut Bambang, tak ada prestasi yang menonjol ataupun kontroversi yang muncul selama kepemimpinan Idham.

"Saya belum melihat gebrakan yang menonjol, lebih kepada seremoni-seremoni saja," kata Bambang kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/6).


Bambang menuturkan selama kepemimpinan Idham, proses penegakan disiplin di internal Polri juga tak mengalami perubahan. Ia menilai belum tampak tindakan tegas yang diberikan kepada anggota yang melakukan pelanggaran.

"Pencitraan masih terus terjadi, seremoni-seremoni masih terjadi, tapi substansinya belum ada," ucap Bambang.

Di sisi lain, kata Bambang, calon Kapolri yang baru bakal memiliki tantangan untuk membentuk tatanan baru di Korps Bhayangkara tersebut.

Selama kurun waktu enam bulan ke depan, kata Bambang, para calon Kapolri juga mesti mampu menunjukkan gebrakan baru untuk institusi Polri.

"Kalau dalam gebrakannya tidak memperlihatkan bagaimana visi membangun tata baru kepolisian, ya kepolisian kita akan lempeng-lempeng aja," ujarnya.

Idham Azis bersama Presiden Joko Widodo saat pelantikan dirinya sebagai Kapolri di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 1 November 2019.Idham Azis bersama Presiden Joko Widodo saat pelantikan dirinya sebagai Kapolri di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 1 November 2019. (CNN Indonesia/ Feri Agus Setyawan)

Direktur Riset Setara Institute Halili Hasan menyampaikan secara keseluruhan kepimpinan Idham secara substansi baik.

Hal itu, kata Halili, dilihat berdasarkan dua pertimbangan. Yakni, masa jabatan Idham sebagai jenderal bintang empat yang terbilang singkat. Kemudian, garis keberpihakan yang telah digariskan oleh Kapolri sebelumnya yakni Tito Karnavian.

"Konkretnya Pak Kapolri tidak secara fundamental mengubah arah dan dasar-dasar kebijakan reformasi Polri yang sudah baik dilakukan Pak Tito," ujarnya.

Namun, menurut Halili, ada satu catatan yang perlu diperhatikan. Yakni soal penerbitan Surat Telegram Kapolri nomor ST/1100/IV/HUK.7.1/2020.

Salah satu instruksi dalam surat telegram itu yakni untuk menindak penyebaran informasi palsu atau hoaks selama penanganan wabah Covid-19 serta penghinaan kepada presiden dan pejabat pemerintah.

"Itu salah satu catatan menurut kami mencederai kebebasan berekspresi, tapi di luar itu kami tidak melihat ada sesuatu yang serius yang dilakukan pak Idham untuk konteks pemenuhan atau penghormatan HAM," tuturnya.

Lebih lanjut, Halili menyebut ada sejumlah kriteria yang mesti dipenuhi oleh sosok pengganti Idham. Yang paling utama yakni soal integritas.


Kata Halili, integritas menjadi penting karena itu merupakan salah faktor dalam upaya melakukan reformasi di tubuh Polri. Dengan demikian, juga diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri sebagai salah satu lembaga penegak hukum.

Kedua, Kapolri yang baru nanti juga mesti bisa melanjutkan reformasi internal kepolisian yang sejauh ini sudah cukup baik.

Halili menyebut Kapolri baru nantinya harus memastikan keberlanjutan sistem atau kebijakan yang telah dibuat sebelumnya.

"Karena kalau ada Kapolri baru isinya bongkar-bongkar dan merusak tatanan lama itu juga tidak baik untuk sustainability," ucap Halili.

Terakhir, kedekatan dengan pemerintahan juga menjadi salah satu poin penting. Sebab, faktor kedekatan itu akan berpengaruh untuk memelihara keharmonisan pemerintahan di tengah masa pandemi Covid-19 saat ini.

Sejauh ini, kata Halili, baik Idham maupun Tito saat menjadi Kapolri mampu menunjukkan kedekatan tersebut.

"Kapolri baru yang harus mendukung sepenuhnya kebijakan pemerintah," kata Halili. (dis/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER