Jakarta, CNN Indonesia -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19
Achmad Yurianto membandingkan penanganan
virus corona melalui pengujian spesimen yang dilakukan di DKI Jakarta tak kalah dengan beberapa negara tetangga lain.
Hal itu diungkapkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemerintah melakukan tugas dari Presiden Joko Widodo untuk menggencarkan pemeriksaan secara masif.
"Kita lihat bahwa per 1 juta penduduk di DKI Jakarta pemeriksaan sudah dilakukan sebanyak 17.954 orang. Artinya angka ini sebenarnya tidak kemudian mengesankan bahwa kita tidak menangani dengan baik," kata Yuri, sapaan akrabnya, dalam konferensi pers harian di Graha BNPB, Jumat (12/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, jumlah tersebut tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan beberapa negara lain yang hanya ada dalam satu daratan, seperti Korea Selatan, Malaysia, serta Vietnam.
Dia menyebutkan di Korsel ada 20.810 orang yang mengikuti tes Covid-19 per satu juta penduduk wilayah tersebut. Sementara, di Malaysia ada 19.120 yang ikut tes Covid-19 per satu juta penduduk. Dan Kemudian, Vietnam ada 2.827 yang dites dengan perhitungan yang sama seperti dua negara lainnya.
Jika dilihat secara nasional, Yuri memaparkan bahwa hingga Jumat (12/6) ada 478.953 spesimen yang telah dilakukan tes Covid-19. Sementara, jumlah spesimen yang diperiksa bertambah 15.333 dari hari sebelumnya, hingga pukul 12.00 WIB.
"Tentunya kita bisa melihat bahwa kalau dihitung jumlah orang yang dites, kalau kita menghitung seluruh angka nasional memang per satu juta penduduk sedikit nilainya," kata Yuri.
"Namun, kita pahami bersama bahwa tiap-tiap daerah tentunya memiliki ancaman epidemologi yang berbeda," tambah dia lagi.
Petugas medis dari Puskesmas Pulogadung mengambil tes swab bagi pedagang dan pengunjung di Pasar Rawamangun, Jakarta, Jumat, 12 Juni 2020. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Berdasarkan perhitungan manual yang dilakukan oleh
CNNIndonesia.com, 478.953 spesimen tersebut tidak dapat mencapai satu persen dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia yang diproyeksikan ada 267 juta jiwa versi Badan Pusat Statisik (BPS) pada Februari 2020 lalu.
Masih merujuk pada perhitungan manual itu, setidaknya ada sekitar 1.793 spesimen per satu juta penduduk Indonesia yang telah dilakukan pengujian Covid-19 selama ini.
Yuri mengatakan setiap wilayah memiliki ancaman epidemiolognya masing-masing. Sehingga, kinerja yang dihasilkan berbeda-beda apalagi untuk Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
"Kita tahu bahwa negara kita ini adalah negara kepulauan, lebih dari 17 ribu pulau yang diantarai oleh selat dan laut, tentunya ini jadi
barier terkait risiko ancaman pandemi," kata Yuri
Oleh sebab itu, penanganan Covid-19 pun dapat terlihat di wilayah dengan ancaman epidemiolog yang tinggi seperti DKI Jakarta. Meski demikian, kata dia, pemerintah tetap terus menghitung potensi ancaman tersebut di beberapa daerah yang memiliki karakteristik yang sama dengan ibu kota negara tersebut.
"Misalnya Surabaya, Makassar, dan sebagainya. Ini adalah gambaran bahwa kita telah bersungguh-sungguh dalam melakukan pemeriksaan ini," tandas dia.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan bahwa pengujian test
polymerase chain reaction (PCR) di wilayah Jakarta telah melewati standar yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Dia mengatakan standar yang dirinya maksudkan adalah soal minimal 10 ribu orang dari jumlah penduduk per 1 juta jiwa. Riza menuturkan, hingga Senin (8/6) lalu, uji spesimen real-time PCR telah dilakukan kepada 179.682 orang. Artinya, jika diasumsikan berjumlah 10,6 juta jiwa, maka pemerintah daerah setidaknya harus melaksanakan test PCR minimal bagi 111.000 orang.
"Di Jakarta sudah di atas 171 ribu lebih swab test PCR, artinya DKI sudah memenuhi standar pengecekan swab test sesuai WHO, di atas standar malah," kata Riza dikutip dari
Antara, Senin (8/6) lalu.
(mjo/pmg)
[Gambas:Video CNN]