Bupati Dodi Reza Alex Noerdin menyatakan memiliki sejumlah langkah untuk diterapkan di kawasan Musi Banyuasin (Muba) jelang era new normal. Di antaranya, pengadaan Tes Cepat Antigen dan PCR Real Time secara mandiri, penyediaan fasilitas yang cukup untuk pasien Covid-19, dan mempersiapkan warga untuk tertib menjalani protokol mendatang. PCR Real Time itu sendiri akan jadi yang pertama untuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Kabupaten.
Dodi meminta masyarakat Muba untuk tidak larut dalam euforia new normal, mengamati perkembangan pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda akan turun. Tim Epidemiologi Sumsel dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia cabang Sumsel pun menyebutkan, hasil evaluasi menyatakan penerapan new normal belum bisa dilakukan. Bagi Dodi, tingkat penularan efektif di level hijau bukan satu-satunya indikator kesiapan. Penerapan pengawasan aktif dan deteksi kasus dengan tes PCR harus dilakukan untuk semua kasus yang dicurigai.
"Setidaknya 1 tes PCR per 1000 penduduk per minggu, dengan hasil yang bisa didapat dalam waktu singkat (jangan lagi daerah menunggu 14 hari hasil swab). Lakukan secara transparan dan tidak ada yang ditutup-tutupi," kata Dodi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil tes PCR yang bisa diketahui dalam 24 jam dinilai akan memudahkan penelusuran kasus dan menghemat biaya perawatan pasien. Di sisi lain, Dodi menyadari proses itu akan menghasilkan banyak kasus positif. Namun selaku kepala daerah, Dodi tak ingin terjadi penurunan kasus dengan mengelabui data, mengingat data dan tracking yang valid adalah syarat utama dalam ketentuan new normal.
Kedua, menyediakan fasilitas kesehatan yang baik bagi pasien Covid-19. Ia meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) tetap mendukung rumah sakit rujukan di seluruh Sumatera Selatan, dengan Alat Pelindung Diri (APD) yang cukup serta tak abai untuk mengapresiasi para tenaga kesehatan selaku benteng terakhir masyarakat.
Dodi kemudian memberi contoh terapi holistik outdoor dengan fasilitas perkemahan yang diinisiasi RSUD Sekayu yang dipercaya meningkatkan imun tubuh pasien. Secara otomatis, hal itu juga meningkatkan kapasitas rawat inap RS karena pasien dengan imunitas tinggi lebih cepat diperbolehkan pulang.
"Penelusuran dan karantina semua kontak antar kasus wajib dilakukan. Idealnya, menurut WHO, setidaknya 80 persen kasus baru dilacak dan orang yang pernah kontak dengan kasus dikarantina dalam 72 jam setelah konfirmasi. Juga setidaknya 80 persen kontak dari kasus baru dipantau selama 14 hari," ujar Dodi.
Ketiga dan yang terpenting menurut Dodi, adalah partisipasi masyarakat. Ia berharap agar warga disiplin menerapkan gaya hidup bersih, saling menjaga jarak sosial, serta sadar untuk memakai masker setiap keluar rumah. Terlebih, masyarakat adalah garda terdepan pemutus rantai penularan virus corona, sehingga sosialisasi harus dilakukan terus menerus.
Dengan begitu banyak hal yang harus dipersiapkan di berbagai bidang, Dodi mengaku tetap optimis. Dengan norma dan kebiasaan baru, ia percaya masyarakat Muba akan memiliki semangat untuk kembali produktif dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan bersama.
"Jadi, jangan dulu terburu-buru seperti kuda lepas kandang. Ritme kerja harus diatur, layout transportasi umum harus dimodifikasi, fasilitas publik harus siap protokes-nya [protokol kesehatan]. Semua membutuhkan waktu dan kerja keras, jika tidak kita akan terperosok pada gelombang kedua yang lebih sulit untuk dipulihkan. Tapi kita harus optimis, bahwa mau tidak mau, suka tidak suka, new normal adalah pilihan yang harus kita adopsi," pungkas Dodi.
(rea)