Provinsi Jawa Timur menjadi sorotan publik karena kasus konfirmasi positif virus corona (Covid-19) terus bertambah setidaknya dalam satu pekan terakhir.
Dikutip dari laman Jatim Tanggap Covid-19 pada Rabu (24/6) per pukul 11.00 WIB, jumlah positif corona yang terkonfirmasi di Jawa Timur sebanyak 10.092 kasus. Dari jumlah itu, ada 2.995 pasien sembuh, 6.115 dirawat dan 753 meninggal dunia.
Sehari sebelumnya, Jatim menempati urutan teratas ihwal laporan kasus harian Covid-19 dengan 258 kasus baru. Data mengenai kasus konfirmasi positif, sembuh dan meninggal di Jatim kemungkinan besar bertambah mengingat masih ada 9.587 Pasien dalam Pengawasan (PDP) dan 27.665 Orang dalam Pemantauan (ODP).
Pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Windhu Purnomo, mengungkapkan Case Fatality Rate (CFR) atau angka kematian kasus konfirmasi positif cukup tinggi di wilayah yang kini dipimpin oleh Khofifah Indar Parawansa tersebut.
CFR, menurutnya, selalu berkelindan erat dengan kesiapan fasilitas kesehatan di rumah sakit. Sementara rumah sakit di Jatim, kata Windhu, sudah tidak memadai lagi.
"Kita lihat Surabaya dan Jatim secara umum, RS sudah overload. Overcapacity," kata Windhu kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (24/6).
Mengingat jumlah kasus yang terus bertambah, Windhu menjelaskan dua hal penting yang dapat diambil pemerintah dalam menanggulangi Covid-19. Ia meminta pemerintah fokus memutus rantai penularan, serta pengendalian kepatuhan warga atas protokol kesehatan.
Pemutusan rantai penularan, kata Windhu, dapat dilakukan dengan cara testing, tracing (lacak kasus) dan treatment (penanganan). Hanya saja, ia menyatakan tes dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di Jatim belum ideal, masih berada di bawah 1 persen atau tepatnya 0,2 persen.
"Ideal itu minimal 1 persen dari jumlah penduduk. Kalau dihitung per 1 juta itu apa yang harus dilakukan 10 ribu per 1 juta. Jadi, kalau Jatim 40 juta penduduk, berarti minimal harus 400 ribu testing kumulatif," ungkap Windhu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Gubernur Khofifah pada Senin lalu mengatakan Pemprov Jatim terus memasifkan pelaksanaan rapid test, tes cepat molekuler (TCM), dan polymerase chain reaction n (PCR) secara massal. Itu sebabnya, kata Khofifah, dalam seminggu terakhir kasus positif Covid-19 yang terdeteksi juga terus meningkat.
Dia mengklaim rapid test di Jatim menjadi yang tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 213.211 hingga 22 Juni lalu. Sebanyak 198.160 tes dilakukan dinas kesehatan kabupaten/kota, 16.051 oleh tim Covid-19 Hunter Jatim.
Windhu menyinggung ketersediaan anggaran untuk alat tes berupa PCR. Komitmen pemerintah terkait hal ini pun dipertanyakan.
Terkait anggaran ini pun sudah dikonfirmasi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo yang menyebut Pemprov Jawa Timur sempat kehabisan dana untuk membiayai rumah sakit khusus virus corona (Covid-19). Gugus tugas, kata Doni, akhirnya memberikan suntikan anggaran senilai Rp10 miliar.
Selain memasifkan tes, kata Windhu, kebijakan lain yang dapat mencegah masifnya penularan Covid-19 di Jatim adalah pengendalian kepatuhan warga atas protokol kesehatan melalui regulasi yang ketat.
"Utamanya Surabaya, karena banyak di sana. 50 persen lebih dari Surabaya. Surabaya itu Perwali [Peraturan Wali Kota] itu seharusnya ada punishment meskipun bukan pidana tapi denda. Perwali Surabaya enggak ada sanksi, cuma ditegur, ya ada penyitaan KTP. KTP itu kan identitas penduduk masa mau disita," ucap Windhu.
Ia pun mengatakan angka reproduksi efektif atau tingkat penularan (Rt) di Surabaya sempat berada di bawah 1 pada 17 Juni 2020 lalu. Hanya saja, ketidaksabaran pemerintah memutuskan untuk menuju tatanan kehidupan baru alias new normal membuat kasus ada lagi.
"Pada tanggal 17 Juni untuk Surabaya Raya sudah 0,8; itu harapan besar. Tapi, kriteria enggak boleh, enggak cukup satu hari kemudian kita ngomong itu bagus, cukup, belum. Karena harus stabil, konsisten selama 14 hari berturut-turut. Itu kriteria WHO," imbuhnya.
Kemendagri bahkan memberikan dua penghargaan kepada Pemprov Jatim dalam Lomba Inovasi New Normal Life, dan menerima hadiah Dana Insentif Daerah (DID) senilai Rp5 Miliar. Jatim meraih Juara I sektor Pasar Modern dan Juara II sektor Tempat Wisata.
![]() |
Pandu Riono, Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), menyatakan pemerintah harus memperkuat pengawasan agar warga disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti pakai masker dan jaga jarak.
Di samping, kata dia, tes PCR juga harus ditambah guna melacak kasus untuk kemudian diisolasi.
"Kewajiban pakai masker itu benar-benar by law kalau bisa. Dan pemerintah harus melakukan surveillance, mengidentifikasi kasus baru, testing jangan pakai rapid karena terlambat, tapi dengan PCR. PCR ditingkatkan," kata Pandu saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Ia berpendapat bahwa penanganan kasus di Jatim masih mengalami keterlambatan. Misal, kata dia, seseorang dites hari ini namun hasilnya tidak keluar dengan segera.
"Kalau bisa untuk Jatim 10 ribu-lah atau di atas 5 ribu [tes PCR]. Keterlambatan masih tinggi di Jatim itu. Pemeriksaan itu bisa berapa hari ya saya cek, sedih saya lihatnya. Masih seminggu-lah," ungkapnya.
"Pokoknya secara singkat jangan ada yang terlambat, hari ini diperiksa hari ini keluar. Jadi, orang yang di-testing langsung bisa contact tracing, lacak, dan isolasi. Yang penting rasio testing itu meningkat. Rasio tracing juga meningkat," ujarnya lagi.
Pandu berujar angka kematian tinggi di Jatim disebabkan karena sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas kesehatan yang tidak siap. Menurutnya, rumah sakit di Jatim khusus perawatan pasien Covid-19 masih minim.
"SDM terlambat, dan RS juga enggak siap. Harusnya ada RS-RS khusus, seperti DKI nunjuk RS khusus covid, jadi tempat tidurnya bisa dipakai. Enggak siap karena kapasitas masih terbatas karena bercampur dengan pasien lain," katanya.
Data secara nasional menunjukkan jumlah akumulasi kasus positif Covid-19 mencapai 47.896, sembuh 19.241, dan 2.535 orang meninggal dunia. Data tersebut diakses dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada Rabu (24/6) pukul 09.33 WIB.