Awan (bukan nama sebenarnya) sudah mempersiapkan mental hingga ilmu untuk bekal mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) sejak Juli 2019.
Dirinya sudah mengikuti bimbingan belajar beberapa kali seminggu sepulang sekolah sejak menduduki kelas 12 SMA. Kegigihan belajar diharapkan bisa membawanya masuk ke jurusan yang diimpikan di perguruan tinggi negeri.
Remaja berusia 18 tahun itu ingin menjadi arsitek kalau sudah dapat sarjana. Cita-citanya didukung kegemaran menggambar yang sudah ditekuni sejak kecil. Hobi membangun gedung unik menggunakan lego juga membuat impiannya makin menjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setahun fokus berlatih mengerjakan soal dan membahas materi, tiba hari yang ditunggu. Senin (6/7), ia dijadwalkan mengerjakan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Indonesia.
"Pilihan pertama aku [jurusan] arsitektur Universitas Indonesia. Pilihan kedua, planologi tata kota Universitas Diponegoro [Semarang]," ujarnya ketika berbincang dengan CNNIndonesia.com di lokasi.
Sejak pukul 07.00 WIB ia sudah sampai di gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, lokasi ujiannya. Padahal sesi satu UTBK baru dimulai 09.00 WIB.
Meski mengaku ketar-ketir, ia mulanya berusaha optimistis. Terlebih karena materi UTBK yang diujikan dipangkas jadi satu, yakni hanya Tes Potensi Skolastik (TPS).
Tahun sebelumnya peserta juga harus mengikuti Tes Potensi Akademik (TPA) yang ia duga lebih sulit. Namun ternyata ekspektasi mengerjakan TPS lebih mudah tak sepenuhnya benar.
"Kalau sama TPA kita harus belajar Biologi, Fisika, Kimia dan Matematika juga. Menurut aku pasti akan lebih susah, jadi ekspektasinya lebih mudah sekarang. Tapi setelah ngeliat soal TPS, enggak bisa dibilang mudah," ungkapnya.
Kekhawatiran Awan jelang UTBK juga bukan hanya perkara bisa mengerjakan, tapi terkait keselamatan di tengah pandemi. Untungnya hal ini tak mesti jadi kendala karena di lokasi tes, protokol kesehatan diterapkan dengan baik.
![]() |
Sebelum masuk area gedung, ia sempat melihat banyak kerumunan masyarakat tengah berolahraga di area UI. Namun kalau sudah bergerombol dan tidak pakai masker, mereka langsung ditegur petugas keamanan.
Ketika akan masuk area gedung suhu tubuh peserta juga diperiksa dan tidak boleh lebih dari 37,7 derajat celsius. Awan sudah sedia masker dan hand sanitizer di dalam tas.
Perkara aturan suhu tubuh juga sempat jadi kekhawatiran Ocha, peserta UTBK lain yang dijadwalkan ujian di Fakultas Psikologi UI. Ia mengaku mudah sakit jika kelelahan.
"Takut banget. Takut enggak bisa masuk. Tapi alhamdulillah tadi bisa masuk," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Beberapa hari sebelum jadwal ujian, ia berupaya menjaga kekebalan tubuhnya sebaik mungkin. Meski harus belajar, ia tidak mau berkeras tidur tengah malam. Tidur cukup menurutnya penting agar stamina tetap terjaga.
Lihat juga:703.875 Calon Mahasiswa Ikut UTBK 2020 |
Ketika akan berangkat, perlengkapan protokol kesehatan juga disiapkan selengkap mungkin. Mulai dari masker, penutup wajah atau face shield, sarung tangan, hand sanitizer, tisu basah sampai tisu kering.
Ocha tak mau ambil resiko hanya karena perlengkapan tertinggal. Mimpinya masuk program studi sains di Institut Teknologi Bandung dan bioteknologi di Universitas Brawijaya.
Dia sempat terganjal pada jalur masuk dua universitas itu, yakni nilainya tak memenuhi untuk mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
"Nilai rata-ratanya enggak sampai [batas yang ditentukan], padahal tinggal sedikit lagi," ceritanya.
Untungnya setelah mengikuti UTBK di sesi pertama, ia optimistis bisa mengerjakan soal dengan baik. Kekhawatiran akan bahaya terpapar virus juga tak jadi kendala karena protokol kesehatan diterapkan dengan baik.
Di ruangan ujian, peserta berjarak setidaknya satu meja dengan peserta lain. Panitia UTBK juga menginstruksikan peserta langsung pulang setelah selesai ujian.
UTBK-SBMPTN tetap digelar tatap muka meskipun di tengah pandemi corona. Namun ada beberapa syarat yang ditetapkan LTMPT, salah satunya terkait suhu tubuh.
Beberapa daerah, seperti Surabaya, bahkan menerapkan syarat tambahan. Seluruh peserta UTBK harus melakukan rapid test dan dinyatakan tidak reaktif.
UTBK tahap satu digelar mulai 5 sampai 14 Juli 2020. Jika tak bisa mengikuti tahap satu karena tidak memenuhi syarat, peserta bisa mengikuti UTBK di tahap dua. Ini bakal digelar 20 sampai 29 Juli 2020.
Namun peserta baru bisa digeser ke tahap dua jika sudah melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) bagi yang suhunya di atas batas atau hasil rapid testnya reaktif.
"Jika peserta mempunyai suhu lebih 37,5 derajat celsius atau hasil pemeriksaan rapid test reaktif maka peserta tidak diperbolehkan ikut ujian," ungkap Ketua LTMPT Mohammad Nasih melalui keterangan pers.
"Penanganan bagi peserta tersebut dilakukan sebagai berikut, peserta harus melakukan swab test atau PCR secara mandiri," lanjutnya lagi.
(fey/pmg)