PA 212 Jamin Demo Tolak RUU HIP Jilid 2 Tak Libatkan Anak

CNN Indonesia
Rabu, 15 Jul 2020 00:10 WIB
Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif.
Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif. (CNN Indonesia/ Michael Josua)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Maarif menjamin tidak akan melibatkan anak-anak dalam unjuk rasa Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK) NKRI di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis (16/7) sekitar pukul 09.30 WIB.

Agenda unjuk rasa nanti adalah menolak pembahasan Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang diinisiasi DPR.

"Kami akan dorong mundur kalau ada anak-anak yang hadir dan tidak pakai masker," kata Slamet kepada wartawan dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (14/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menegaskan bakal akan mengupayakan agar area unjuk rasa steril dari anak-anak. Slamet mengklaim akan menerjunkan pasukan tersendiri untuk memastikan hal itu.

"Sudah diinstruksikan kepada laskar brigadir di lapangan untuk ada area steril sehingga nanti anak-anak tidak akan diperkenankan masuk ke wilayah aksi kami," lanjut dia.

Slamet berkata pihaknya sudah terbiasa mengorganisir kegiatan unjuk rasa secara masif. 

"Jangankan 10 ribu, sejuta lebih, kami sudah biasa ngatur itu. Insya Allah semuanya kondusif," ujar dia.

Unjuk rasa Kamis pagi nanti tercatat sebagai aksi ketiga yang digelar oleh ANAK NKRI dengan agenda menolak pembahasan RUU HIP.

Mereka mendesak agar DPR RI mencabut RUU itu dari prolegnas serta meminta aparat penegakan hukum mengusut inisiator aturan tersebut.

Namun, dalam aksinya, koalisi ini seringkali bermasalah. Pada aksi pertama, 24 Juni lalu, aksi menolak RUU HIP berubah menjadi perkara lantaran diwarnai kegiatan pembakaran bendera PDI Perjuangan.

Buntutnya, koordinator lapangan (korlap) aksi itu sempat dipanggil oleh kepolisian. Kader PDIP juga menuntut polisi mengusut pelaku pembakaran bendera.

Aksi kedua digelar pada 5 Juli lalu. ANAK NKRI menggelar Apel Siaga Ganyang Komunis di Jalan Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta. Namun mendapat sorotan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) karena sekitar 15 sampai 20 persen pesertanya terdiri dari anak-anak.

Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Jasra Putra, mengatakan dalam pengamatan singkat lembaganya di lapangan, terdapat ujaran perkataan keras yang terlontar bahkan mengarah kepada kebencian terhadap sesama. Hal tersebut, dikhawatirkan bisa memberikan dampak buruk terhadap perkembangan jiwa anak.

(mjo/wis)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER