Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi membantah bahwa tempat isolasi pasien Covid-19 dan rumah karantina milik Pemkot Semarang telah penuh.
Dua tempat isolasi yakni Rumah Dinas Wali Kota dan Balai Diklat, menurutnya, masih cukup menampung pasien Covid-19, baik yang bertatus Orang Tanpa Gejala (OTG) maupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
"Yang beredar di media sosial itu hoaks, dikatakan tempat isolasi kita sudah penuh. Tidak, masih ada tempat," kata Hendrar usai membuka kembali Kebun Binatang Semarang Zoo, Rabu (15/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyatakan penanganan kasus Covid-19 di Semarang sudah maksimal. Sejumlah pasien yang telah sehat langsung dipulangkan setelah menjalani serangkaian tes. Namun pasien yang masih positif tetap diisolasi.
Hendrar mengakui tren Covid-19 di Kota Semarang masih terus melonjak. Saat ini kasus Covid-19 di kota itu berjumlah 865 kasus dengan angka kematian 215 kasus. Sementara jumlah angka kesembuhan mencapai angka 1490 kasus.
Menurutnya, penambahan angka positif Covid-19 ini tak lepas dari tes massal sebagai upaya deteksi dini, baik rapid test maupun swab test yang dilakukan di sejumlah tempat keramaian seperti pasar, mal dan perkantoran.
![]() |
"Trennya masih naik, angkanya naik. Tapi harus kita sikapi secara positif karena muncul dari tes massal yang terus kita lakukan sebagai deteksi dini. Kami bahkan sudah menyiapkan dan akan melakukan tes massal covid sampai akhir tahun," tambah Hendrar.
Dia menyebut tiga klaster perusahaan menjadi penyumbang terbesar kasus Covid-19 di Kota Semarang. Dari total kasus di ibu kota Jawa Tengah itu, sebanyak 300 orang terinfeksi dari mesin absensi finger print dan makan bersama tanpa protokol kesehatan.
"Dari angka positif 800-an, yang terbesar masih tiga klaster perusahaan yakni garmen, migas dan BUMN, dimana mencapai 300 karyawan," ujar Hendrar.
Klaster perusahaan di Semarang tersebut kini menjadi perhatian serius pemerintah setempat. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam sempat mengatakan klaster perusahaan Semarang di tiga lokasi itu relatif besar.
Ia hanya menjelaskan dari tiga klaster perusahaan Semarang itu, masing-masing ditemukan 47 kasus, 24 kasus, serta sekitar seratusan kasus positif. Dengan demikian jika ditotal mencapai lebih dari 150 kasus klaster perusahaan Semarang.
Hakam menyatakan tim gugus tugas Semarang telah melakukan penelusuran terhadap dugaan penularan corona di klaster perusahaan Semarang.
(dmr/pmg)