Lembaga survei Indikator Politik mencatat sebagian besar publik mendukung kocok ulang atau reshuffle kabinet yang dilontarkan Presiden Joko Widodo beberapa pekan lalu.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan 64,8 persen dari total 1.200 responden yang mereka survei setuju reshuffle dilakukan Jokowi.
"Soal reshuffle kabinet, 30,3 persen masyarakat tidak setuju. Sementara 64,8 persen yang terjaring survei ini setuju reshuffle," kata Burhan dalam rilis survei yang dilakukan secara virtual, Selasa (21/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indikator juga membelah responden berdasarkan partai politik yang mereka pilih pada Pemilu 2019. Burhan menyebut mayoritas dari semua pendukung partai politik menginginkan reshuffle.
Burhan melanjutkan, pihaknya juga mengaitkan responden dengan tingkat pengetahuan terkait aksi marah-marah Jokowi di depan para menteri. Indikator mencatat 54,7 persen responden mengetahui aksi Jokowi marahi kabinetnya.
Indikator juga mencatat bacaan responden terhadap aksi Jokowi itu. Sebagian responden menilai aksi itu karena serapan anggaran kurang efektif (5,4 persen), ego sektoral antarkementerian (6,3 persen), koordinasi kurang bagus (7,9 persen), para menteri kurang peka terhadap krisis (17,2 persen), dan kinerja menteri kurang baik (54,8 persen).
"Saat ditanya apakah tahu alasan Presiden marah, sebagian besar menjawab karena kinerja menteri kurang baik," tuturnya.
Sebelumnya, akhir bulan lalu Jokowi melontarkan wacana reshuffle kabinet. Wacana itu ia sampaikan setelah kecewa dengan kinerja sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju dalam menangani krisis.
"Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle, sudah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi, kalau memang diperlukan," kata Jokowi dalam rapat yang rekamannya diunggah Sekretariat Presiden di Youtube, Minggu (28/6).
(dhf/osc)