Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengakui bahwa produktivitas tenaga kerja Indonesia bukan yang terbaik di lingkup negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN). Masih kalau jauh dibanding Malaysia dan Singapura.
Hal itu ia katakan mengacu data yang dikeluarkan oleh Asian Productivity Organization (APO) pada tahun 2019.
"Salah satu kriteria SDM unggul adalah tingkat produktifitas. Sayangnya, ketika berbicara produktivitas tenaga kerja kita bukan yang terbaik di ASEAN," kata Ma'ruf saat memberikan sambutan saat wisuda Universitas Terbuka secara daring, Selasa (21/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ma'ruf lantas merinci APO Productivity Data Book Tahun 2019 menunjukkan posisi produktivitas per pekerja Indonesia berada pada peringkat 5 dari 10 negara di ASEAN.
Produktivitas pekerja Indonesia hanya seperlima dari negara Singapura atau berkisar di angka USD$26.000. Singapura sendiri berada di peringkat pertama dengan produktivitas per pekerja sebesar 142.300 USD.
"Bahkan kita juga masih terpaut jauh dari Malaysia dengan produktivitas per pekerja sebesar 60.000 USD," kata Ma'ruf.
Melihat data tersebut, Ma'ruf menegaskan upaya meningkatkan kapasitas SDM untuk berkompetisi di level global masih harus dipacu oleh pemerintah.
Ma'ruf turut mengungkapkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Agustus 2019 menunjukkan hanya sekitar 12,27 juta dari 126,57 juta atau hanya 9,7 persen penduduk Indonesia berkesempatan menikmati pendidikan tinggi dan merupakan lulusan universitas.
Untuk itu, Ma'ruf meminta agar lembaga pendidikan tinggi memiliki kewajiban untuk menyediakan akses pendidikan yang terjangkau bagi masyarakat miskin.
"Hal ini juga sesuai dengan road map pemerintah dalam menyediakan pendidikan tinggi dalam skala tidak terbatas dan biaya yang terjangkau bagi masyarakat," kata dia.
Selain itu, Ma'ruf turut menyampaikan kualitas pendidikan juga penting untuk ditingkatkan. Di antaranya dengan mengembangkan kemampuan teknis (hard skills) dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal (soft skills).
Ia pun berharap melalui kemampuan soft skills tersebut para lulusan perguruan tinggi mampu beradaptasi di tengah masyarakat, memiliki kemampuan mengembangkan jejaring dan kemampuan melakukan koordinasi.
"Kombinasi pendidikan hard skills dan soft skills yang baik diharapkan dapat tercipta lulusan yang memiliki keterampilan teknis humanis dan mampu menghadapi perubahan sosial," kata Ma'ruf.