Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora), Anis Matta bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Senin (20/7). Mengajak sejumlah petinggi, dalam pertemuan itu Anis Matta sekaligus memperkenalkan jajaran pengurus pusat Partai Gelora ke Jokowi.
Sekretaris Jendral Gelora, Mahfudz Siddiq mengungkap pembicaraan pihaknya dengan mantan wali kota Solo itu. Tema santai dan serius dibahas dalam pertemuan sekitar 1 jam itu.
Mahfudz menyebut Jokowi awalnya 'curhat' berat badannya turun 3 kilogram selama penanganan pandemi virus corona (Covid-19).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi lantas menyinggung Wakil Ketua Umum Gelora, Fahri Hamzah, yang juga ikut dalam pertemuan. Ia menyebut Fahri terlihat lebih gemuk setelah jarang membicarakan politik seperti saat masih menjadi wakil ketua DPR.
"Kata presiden itu karena Pak Fahri sudah jarang bicara politik lagi. 'Banyak yang kangen dengan suara pak Fahri, saya juga kangen'," kata Mahfudz menirukan ucapan Jokowi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/7).
Dalam kesempatan itu, kata Mahfudz, Fahri mencoba menjelaskan mengapa berat badannya naik ke Jokowi. Fahri mengaku sudah kembali berstatus sebagai warga biasa dan sedang mencoba berbisnis.
Menurut Fahri, kondisi tersebut yang membuat berat badannya naik drastis.
"Jadi warga biasa lebih happy. Dan sepertinya banyak warga yang nambah berat badannya gara-gara lockdown. Tapi pak presiden justru turun berat badannya," ujar Mahfudz menirukan ucapan Fahri.
Setelah percakapan itu, Mahfudz menyebut Jokowi membahas penanganan pandemi virus corona. Menurutnya, Jokowi menyampaikan sulitnya manajemen krisis yang dialami semua negara termasuk Indonesia.
"Jokowi juga sedang berusaha terus mencari informasi dan belajar hal baru dalam menangani krisis tersebut," kata Mahfudz.
Anis Matta, lanjut Mahfudz, mengatakan Jokowi perlu melakukan konsolidasi dengan para ilmuwan agar pengambilan keputusan terkait penanganan pandemi virus corona berbasis saintifik.
Menurut Anis, hal tersebut perlu dilakukan agar kalangan ilmuwan tak melempar pandangannya langsung ke publik yang bisa menimbulkan kebingungan dan kecemasan di tengah masyarakat.
"Juga presiden perlu memasukkan analisis geopolitik dalam manajemen krisis ini. Alasan Ketum Partai Gelora ini karena pandemi Covid-19 juga digunakan sebagai sarana pertarungan supremasi dan eksistensi antara kekuatan-kekuatan global dan kawasan," ujar Mahfudz.
Mahfudz menyebut baik Jokowi maupun Anies sepakat bahwa pandemi virus corona bisa menjadi momentum Indonesia untuk memperkuat kemandirian dalam berbagai bidang.
Anis memandang Indonesia relatif bisa mandiri dan berpeluang lebih kuat ketimbang negara lain yang sedang memberlakukan lockdown wilayah akibat corona.
"Lalu presiden Jokowi menyambung ucapan itu, 'ya benar, saat ini ketergantungan kita kepada komoditi impor hanya sekitar 13 persen. Artinya itu punya kekuatan besar untuk makin mandiri'," kata Mahfudz menirukan Jokowi.
Fahri sejak menjadi kader Partai Keadilan Sejahtera adalah sosok kritis pada Jokowi. Apalagi saat ia menjabat Wakil Ketua DPR periode lalu.
PKS saat ini juga masih bersikap kritis pada Jokowi dan memilih menjadi oposisi pada Jokowi.
Hubungan Fahri dengan PKS merenggang dan berujung pada pemecatan. Namun Fahri menggugat keputusan tersebut dan menang.
Petinggi Gelora lain seperti Anis Matta dan Mahfudz juga bekas petinggi PKS. Bahkan Anis pernah jadi Presiden PKS.
(rzr/fra)