Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur mengklaim telah melakukan tes virus corona (Covid-19) secara masif, baik rapid test maupun swab polymerase chain reaction (PCR). Namun ahli mengatakan, hal itu belum mencapai angka tes ideal.
Berdasarkan data yang diterima CNNIndonesia.com, hingga Rabu (29/7), Jatim telah melakukan 773.015 rapid test, dan 128.667 tes swab.
Dengan populasi masyarakat Jatim sekitar 40 juta penduduk, maka 1 dari 52 penduduk telah menjalani tes cepat. Namun, untuk tes swab, rasio tes Jawa Timur hanya 1 dari 310 penduduk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), dr Windhu Purnomo menilai bahwa tes masif yang telah dilakukan oleh Satgas Covid-19 Jatim tersebut masih belum ideal.
"Testing harus terus ditingkatkan, sampai mendekati ideal," kata Windhu, saat dikonfirmasi Rabu (29/7).
Menurut Windhu, jika penduduk Jatim berjumlah sekitar 40 juta, maka angka tes masif yang ideal adalah sebanyak satu persennya di antaranya, yakni setara 400 ribu penduduk.
"Kalau penduduk kita 40 juta artinya kita harus kumulatif, harus 400 ribu. Kita masih di bawah itu," kata dia.
Jumlah tes swab PCR harian yang dilakukan Pemprov Jatim, saat ini berkisar antara 4.500 - 5.000 tes. Angka itu pun kata Windhu juga masih belum ideal jika merujuk standar WHO.
"Idealnya Jatim masih kurang 1.200 tes per hari, sekarang sudah 4.500 per hari, padahal idealnya 5.700 per hari, untuk penduduk kita yang 40 juta," katanya.
Tak hanya itu, positivity rate atau rasio kasus positif berdasarkan total kasus yang diperiksa di Jatim juga masih tinggi, yakni mencapai 17 persen. Angka ini, mata Windhu, harus ditekan karena melebihi batas ambang ideal yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 5 persen.
"Positivity rate ini harus ditekan, ini menunjukkan bahwa insidensi (jumlah kasus baru) juga masih tinggi, angka kejadian masih tinggi, dari yang diperiksa, yang positif masih lebih dari 15 persen," ujarnya.
Meski demikian, ia optimis, Satgas Covid-19 Jatim bisa segera memenuhi kuota tes 5.700 per hari tersebut. Karena, menurutnya, selisihnya pun tak terpaut jauh dari tes yang telah dilakukan di Jatim kini.
"Gak banyak kekurangannya. Harus dikejar sampai 5.700 per hari. Harus proporsional," katanya.
Windhu juga mengingatkan agar tes tak hanya digelar di Surabaya dan sekitarnya, tapi juga di kabupaten/kota yang lain. Ia khawatir tanpa tes, berakibat tak terdeteksinya virus.
"Jangan lebih banyak di kabupaten/kota (lain). Bisa dibagi per jumlah penduduk kabupaten/kota. Daerah lain jangan dilupakan," katanya.
Per Rabu (29/7) kasus kumulatif positif Covid-19 di Jatim berjumlah 21.484. Sebanyak 6.202 masih dirawat, 13.619 dinyatakan sembuh, 1.663 lainnya meninggal dunia.
(frd/wis)