Ridwan Kamil Dorong Daerah Kerek Rasio Tes Swab Corona Jabar

CNN Indonesia
Rabu, 05 Agu 2020 23:54 WIB
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menilai uji usap (swab) harus dilakukan kepada minimal 20 orang dari kontak erat pasien terkonfirmasi positif corona.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menilai uji usap (swab) harus dilakukan kepada minimal 20 orang dari kontak erat pasien terkonfirmasi positif corona. (CNNIndonesia/Feri Agus Setyawan).
Bandung, CNN Indonesia --

Gubenur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mendorong agar daerah meningkatkan rasio pengetesan melalui uji usap (swab test) metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

Hal itu ia sampaikan saat menggelar rapat bersama Gugus Tugas Kabupaten dan Kota Cirebon di Hotel Prima, Kota Cirebon, Rabu (5/8).

"Pengetesan swab terus ditingkatkan untuk mengejar minimal satu persen dari jumlah penduduk," kata Emil, sapaan akrab Ridwan, kepada Gugus Tugas di wilayah Cirebon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Emil menjelaskan pengetesan dengan pengujian PCR harus dilakukan kepada minimal 20 orang dari anggota keluarga terdekat atau kontak erat dalam satu kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Hal itu bertujuan agar pembuatan peta sebaran dan penanggulangan virus corona bisa optimal.

"Rasio (pengetesan 20 kontak erat) itu masih belum dilakukan. Dalam satu kasus hanya dua atau tiga yang dites keluarga terdekatnya. Padahal, menurut teorinya harus 20 minimal," ucapnya.

Ia pun mengimbau warga Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan yang selanjutnya disebut wilayah Ciayumajakuning untuk menghindari perjalanan atau bepergian ke daerah dengan status zona merah.

"Saat bepergian harus hati-hati, karena banyak kasus impor masuk ke Cirebon setelah perjalanan atau bepergian dari zona merah," ucapnya.

Selain itu, pria yang juga menjabat sebagai tua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19  ini menjelaskan bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah secara tatap muka sudah bisa dilakukan di kecamatan atau kelurahan berstatus zona hijau dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Protokol yang dimaksud antara lain pembatasan hingga 50 persen dari jumlah kapasitas murid dalam satu kelas dan pembagian jadwal murid masuk sekolah Senin-Selasa-Rabu dan Kamis-Jumat-Sabtu.

"Kami izinkan (sekolah dibuka) tapi tetap dengan kewaspadaan. Dimulai dari SMA/SMK/MA dulu baru kemudian SMP, SD, dan seterusnya," ujarnya.

Terkait penanggulangan Covid-19 di Jabar, Emil mengatakan bahwa penyebaran masih dalam kategori terkendali, termasuk karena tidak adanya kabupaten/kota yang berstatus zona merah sesuai standar pusat.

Untuk itu, lanjut Emil, Jabar secara perlahan kembali membuka kegiatan ekonomi dengan tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan. Salah satu sektor ekonomi yang bisa dikembangkan di masa pandemi ini adalah sektor pertanian berbasis teknologi.

"Kami juga titip di masa depan pascacovid-19, khusus Kabupaten Cirebon, harus fokus pada pertanian. Karena ternyata pertanian ini paling tangguh terhadap (pandemi) Covid-19, tapi pertanian yang 4.0," katanya.

Menurut Emil, Cirebon perlu menerapkan pertanian berbasis teknologi apabila ingin menjadi juara di sektor agraria.

"Jika itu dilakukan, Insyaallah akan bertahan dari disrupsi," ujar Emil menambahkan.

Sementara itu, Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis dalam laporannya mengatakan, hingga Selasa 4 Agustus 2020, jumlah kasus terkonfirmasi positif covid-19 di wilayahnya berjumlah 37 orang, terdiri dari empat orang bergejala dan 33 orang tidak bergejala.

Dari jumlah tersebut, sebanyak enam orang melakukan isolasi di rumah sakit. Sementara 27 orang dinyatakan sembuh dan empat orang meninggal dunia.

Nashrudin pun menjelaskan, rata-rata kasus terkonfirmasi adalah mereka yang saat dilakukan tes swab telah bepergian ke luar kota yang menjadi pusat penyebaran covid-19.

"Kami sengaja melakukan swab ini karena apabila kita lebih banyak melakukan swab maka kami akan mudah melakukan pemetaan persebarannya," kata Nashrudin.

Sedangkan, Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengatakan, rata-rata kasus terkonfirmasi positif covid-19 yang terjadi di daerahnya merupakan kasus impor.

"Kalau kita lihat orang yang terpapar di Kabupaten Cirebon ini orang Cirebon yang domisilinya di Jakarta dan Tangerang. Mereka ditangani di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati," kata Imron.

(hyg/sfr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER