Gempa berkekuatan magnitudo 5,0 mengguncang Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Minggu (9/8) sekitar pukul 11.52 WIB. Warga sempat panik usai merasakan guncangan kuat gempa Sumba selama tiga detik.
"Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB memantau laporan otoritas setempat bahwa warga panik dan keluar rumah," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Minggu (9/8).
"Namun gempa ini tidak memicu terjadinya tsunami," sambungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga merilis data bahwa gempa dengan magnitudo 5,0 ini memiliki titik episenter pada kedalaman 10 km. Selain itu, berdasarkan hasil identifikasi, pusat gempa berada di laut 25 km barat daya Kodi, Sumba Barat Daya.
BMKG mencatat skala MMI gempa sebagai berikut, Tambolaka IV-V MMI, Waingapu III - IV, Bima dan Waibakul III dan Labuan Bajo II.
Skala MMI atau Modified Mercalli Intensity ini merupakan satuan untuk mengukur kekuatan gempa bumi, sedangkan skala IV menunjukkan warga yang berada di dalam dan luar rumah merasakan gempa, serta gerabah pecah, jendela satu pintu berderit dan dinding berbunyi.
Sedangkan V MMI, menunjukkan gambaran kekuatan getaran dirasakan hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga memaparkan hasil analisis dari kegiatan yang dilakukan sebelum gempa pada Minggu pagi tadi.
Mereka mengatakan, berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari GFZ Jerman. Serangkaian kejadian gempa bumi di sekitar Sumba Barat Daya ini diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas sesar normal.
Radit mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada dan belajar untuk memahami mitigasi bencana gempa. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam cincin api pasifik, yang tidak lain merupakan gugusan gunung berapi di dunia.
"Masyarakat Indonesia diimbau selalu siap siaga dan waspada dalam menghadapi potensi gempa bumi. Seorang peneliti dari Brigham Young University Ron Harris selalu mengingatkan 'jangan lupa sejarah'," pesan Radit.
(khr/gil)