Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku heran dengan tudingan antek Partai Komunis Indonesia (PKI) yang senantiasa dialamatkan pada dirinya dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ia pun mempertanyakan nalar dari tudingan yang kerap dilayangkan oleh orang-orang yang tidak menyukai dirinya tersebut.
"Orang yang enggak senang, selalu bilang saya PKI, Pak Jokowi dibilang PKI. Nalarnya itu ke mana?" kata Mega saat memberi pidato dalam sekolah partai calon kepala daerah PDIP secara daring, Rabu (26/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mega berkata dirinya pernah menduduki sejumlah jabatan dari anggota legislatif, wakil presiden, hingga presiden. Menurutnya, jabatan-jabatan tersebut tidak akan bisa diduduki bila dirinya merupakan partai atau organisasi terlarang itu.
"Saya ini dijadikan anggota DPR tiga kali, berarti 15 tahun, dipotong dua tahun karena saya jadi wakil presiden. Saya pertama kali jadi itu zaman Soeharto, jadi saya kena screening tentara. Kenapa saya bisa lewat? Jadi entengnya, yang screening saya itu dong yang PKI, kalau saya PKI, karena dia yang meloloskan, bukan saya minta," ucap Mega.
Mega meminta seluruh calon kepala daerah yang diusung PDIP di Pilkada Serentak 2020 untuk melandaskan perjuangan politik pada ideologi Pancasila. Menurutnya, calon kepala daerah dari PDIP tak punya cara lain dan harus menjadi nasionalis yang berideologikan Pancasila.
"Jadi kalo masih mau ikut PDIP enggak ada cara lain ya harus jadi nasionalis, ikut ideologi Pancasila," kata Mega.
(sur/mts/sur)