Kasus Tinggi, Warga Puas Kinerja Pemprov Jatim Atasi Corona

CNN Indonesia
Selasa, 01 Sep 2020 11:03 WIB
Berdasarkan survei masyarakat tetap puas atas kinerja Pemprov Jatim menangani virus corona meskipun kasus positif Covid-19 dan angka kematian di Jatim tinggi.
Polisi berjaga di Jalan Tunjungan yang ditutup di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (3/7). Ilustrasi (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Surabaya, CNN Indonesia --

Lembaga Survei Indopol menyatakan mayoritas masyarakat mengaku puas atas kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) dalam menangani pandemi virus corona (Covid-19).

Hal tersebut didapat dari survei terhadap 1.000 orang yang tersebar di sejumlah wilayah Jatim. Survei dilakukan pada 23 sampai 28 Juli 2020.

"Sebanyak 68,2 persen masyarakat Jatim merasa puas dengan kinerja Pemprov Jatim dalam menangani Covid-19," kata Direktur Eksekutif Indopol Survey, Ratno Sulistiyanto di Surabaya, Senin (31/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ratno menyebut dari 68,2 persen responden yang merasa puas, paling banyak berada di Kota Probolinggo, Situbondo, Kota Mojokerto, Trenggalek dan Madiun. Sedangkan ketidakpuasan tertinggi terdapat di Kota Batu, Kota Madiun, Ponorogo, Sidoarjo dan Kota Pasuruan. 

"Umumnya, kinerja pemerintah dalam menangani Covid-19 yang dirasakan masyarakat adalah dalam bentuk imbauan mematuhi protokol kesehatan 62,2 persen, pembagian masker 16,1 persen, penyemprotan disinfektan 9,7 persen, PSBB 4,9 persen, dan pembagian handsanitizer 0,3 persen," kata Ratno.

Selain itu, Ratno mengatakan sebanyak 57,1 persen masyarakat menganggap kondisi ekonomi keluarganya lebih buruk dibandingkan tahun lalu. Sebesar 10,8 persen menyatakan jauh lebih buruk di masa pandemi virus corona.

"Mayoritas masyarakat atau sekitar 65,9 persen menyalahkan Covid-19 sebagai penyebabnya. Mereka yang berpendapatan di bawah Rp2 juta per bulan paling merasakan penurunan ekonomi keluarga. Kondisi terburuk dialami di Probolinggo, Kota Mojokerto, Banyuwangi, Blitar, dan Kota Surabaya," ujarnya.

Meski demikian, kata Ratno, hanya 24,4 persen masyarakat yang menyatakan pendapatannya turun di masa pandemi virus corona. Sedangkan 69,8 persen menyatakan pendapatannya tetap. 

"Ini menunjukkan bahwa Covid-19 sesungguhnya bukanlah satu-satunya penyebab turunnya ekonomi keluarga," katanya.

Selain itu, ia juga menyebut sebanyak 10,40 persen masyarakat Jatim mengaku kehilangan pekerjaan selama pandmei Covid-19. Kemudian ada 7,2 persen mengaku dirumahkan, dan 37,3 persen mengaku pekerjaannya berkurang selama pandemi.

"PHK, dirumahkan, dan berkurangnya pekerjaan paling parah dialami mereka yang berpendapatan kurang dari Rp3 juta per bulan," ujarnya.

Angka PHK tertinggi terjadi di Kabupaten Malang, Sampang, Kota Malang, Kota Madiun, dan Sumenep. Kondisi pekerja dirumahkan terburuk dialami di Situbondo, Pacitan, Kota Kediri, Kota Pasuruan, Gresik, Lamongan, dan Tuban. 

Ratno menjelaskan pengambilan sampel dalam survei ini dilakukan dengan metode stratified random sampling. Jumlah responden dari setiap kabupaten/kota di Jawa Timur diambil secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk BPS Jatim pada 2020.

Penentuan responden dilakukan secara random sistematis. Kriteria responden adalah mereka yang berumur 17 tahun lebih atau sudah menikah. Survei ini memiliki margin error sekitar 3.2 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Wawancara dalam survei ini dilakukan secara tatap muka, sementara data diolah dengan program SPSS atau field survey.

Jumlah kumulatif positif virus corona di Jawa Timur kini mencapai 33.220 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.115 orang masih dalam perawatan atau kasus aktif. Jumlah itu merupakan tertinggi kedua secara nasional, di bawah DKI Jakarta yang memiliki 40.086 kasus. 

Meski begitu, angka kematian akibat Covid-19 di Jawa Timur merupakan yang tertinggi di antara provinsi lainnya, yakni mencapai 2.370 kasus. Jumlah itu melebihi DKI Jakarta sebanyak 1.197 kasus.

(frd/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER