MUI Jabar: Usut Aktor di Balik Penusukan Syekh Ali Jaber

CNN Indonesia
Selasa, 15 Sep 2020 14:40 WIB
MUI Jabar mendesak polisi mengusut tuntas kasus penusukan Syekh Ali Jaber, termasuk membongkar aktor intelektual di balik penusukan.
Syekh Ali Jaber. (Screenshot via facebook Syekh Ali Jaber)
Bandung, CNN Indonesia --

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat mengecam aksi penusukan kepada penceramah kondang Syekh Ali Jaber. MUI juga mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas tindakan kejahatan pelaku sekaligus membongkar motif penusukan dan aktor intelektual di balik insiden tersebut.


"Bahwa ada informasi yang menyebutkan pelaku mengidap gangguan kejiwaan hendaknya jangan mudah dipercaya. Pihak kepolisian harus segera melakukan penelitian dan penyelidikan dengan melibatkan para pakar atau ahli di bidang kejiwaan," kata Ketua Umum MUI Jabar Rachmat Syafe'i di Bandung, Selasa (15/9).

Menurut Rachmat, pengusutan pihak keamanan atas insiden penusukan terhadap ulama  tidak hanya terjadi kali ini saja. Oleh karena itu, pengusutan tuntas oleh pihak kepolisian harus dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anggapan orang gila yang kerap dialamatkan kepada pelaku kejahatan terhadap ulama akhirnya menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat. Harus dibuktikan secara rasional dan logis," ujarnya.

Selain itu, pihaknya memandang bahwa kasus yang tersorot masyarakat luas umumnya melibatkan aktor intelektual mengingat dampaknya pun lebih besar. Karenanya, kepolisian harus mampu menuntaskan kasus tersebut.

"MUI melihat kasus-kasus besar umumnya ada aktor intelektualnya karena dampaknya lebih besar. Bisa saja pelaku hanya sebagai alat, makanya harus diusut sampai ke akar-akarnya," tegasnya.

Rahmat juga menyatakan mengutuk keras insiden penusukan terhadap Syekh Ali Jaber di Masjid Falahuddin, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung, Minggu (13/9) lalu.

"Kami mengutuk dengan keras tindakan penusukan terhadap Syekh Ali Jaber, seorang ulama yang mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan dakwah Islam yang lebih mengkhususkan pada pengajaran Al Quran dan telah mencetak ribuan tahfizh Al Quran di Indonesia," ujarnya.

Berkaca dari penyerangan terhadap ulama, Rachmat mengharapkan polisi bisa hadir dalam setiap acara keagamaan.

"Diharapkan anggota Polri bisa hadir dan kepada masyarakat juga jangan takut misal ada anggapan polisi mengawasi. Tapi yang kita lihat itu istilahnya itu keamanannya. Maka kami mengimbau protokol keamanan itu bisa dijalani semua," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Umum MUI Jabar Rafani Achyar mengatakan kejadian penyerangan terhadap ulama ini juga pernah terjadi di Jawa Barat pada 2018 lalu.

"Makanya sekarang kita ingatkan ini harus tuntas. Kalau logika orang gila tidak seperti itulah, jangan percaya statement kaitan orang gila. Mami percaya polisi juga menggunakan metode ilmiah," katanya.

(hyg/ugo)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER