Kota Bandung memasuki usia 210 tahun pada 25 September 2020. Usia Kota Bandung jauh lebih muda 1,5 Abad ketimbang tetangganya, Kabupaten Bandung yang sudah memasuki 379 tahun.
Meski bukan ukuran terlalu tua untuk sebuah kota, Kota Bandung punya sejarah penting sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat. Di kota berjuluk Parijs van Java ini berdiri perguruan tinggi teknik pertama Technische Hoogeschool te Bandoeng yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung.
Bandung juga menjadi saksi kebangkitan negara-negara dunia ketiga melawan kolonialisme dan hegemoni Amerika Serikat dan Uni Soviet, dengan menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menjadi sebuah kota, awal berdirinya Kota Bandung tidak lepas dari saudara tua mereka, Kabupaten Bandung.
Seperti dilansir laman resmi Humas Kota Bandung, wilayah Kabupaten Bandung yang kerap disebut Dalem Bandung itu dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 Masehi, dengan Bupati pertama Tumenggung Wiraangunangun. Ia memerintah Kabupaten Bandung hingga tahun 1681.
Semula Kabupaten Bandung beribu kota di Krapyak yang sekarang lebih dikenal masyarakat sebagai wilayah Dayeuhkolot. Jaraknya sekira 11 kilometer ke arah selatan dari pusat kota Bandung sekarang.
Ketika kabupaten Bandung dipimpin oleh bupati ke-6, yakni R.A Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki "Dalem Kaum I", kekuasaan di Nusantara beralih dari kompeni ke Pemerintahan Hindia Belanda, dengan gubernur jenderal pertama Herman Willem Daendels (1808-1811).
![]() |
Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di Pulau Jawa, Daendels membangun Jalan Raya Pos (Groote Postweg) dari Anyer di ujung barat Jawa Barat ke Panarukan di ujung timur Jawa timur (kira-kira 1000 km). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing.
Di daerah Bandung khususnya dan daerah Priangan umumnya, Jalan Raya Pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada.
Di daerah Bandung sekarang, jalan raya itu adalah Jalan Jenderal Sudirman-Jalan Asia Afrika-Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya.
Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah kolonial mudah mendatangi kantor bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak atau Tanjungsari, mendekati Jalan Raya Pos.
Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan.
Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat Sungai Cikapundung, tepi selatan Jalan Raya Pos yang sedang dibangun. Kini, lokasi tersebut menjadi pusat kota Bandung.
Alasan pemindahan ibu kota itu antara lain, Krapyak tidak strategis sebagai ibu kota pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan.
Sekitar akhir tahun 1808 awal 1809, bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekati lahan bakal ibu kota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu yang kini dikenal dengan daerah Cipaganti, kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke Kampung Bogor atau Kebon Kawung pada lahan Gedung Pakuan sekarang.
Tidak diketahui secara pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu langsung dipimpin oleh bupati.
Dengan kata lain, Bupati R. A. Wiranatakusumah II adalah pendiri Kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibu kota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.
(hyg/wis)