Pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil wali kota Surabaya Eri Cahyadi - Armuji, mengaku keberatan dengan alat peraga kampanye (APK) paslon Machfud Arifin - Mujiaman Sukirno yang diduga mencantumkan nama Presiden Joko Widodo.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Bappilu DPC PDIP Surabaya Wimbo Ermanto usai mengikuti rapat koordinasi kampanye bersama dengan timses kandidat lain dan KPU Surabaya.
Wimbo menyebut, pihaknya keberatan kepada paslon nomor urut dua 2 tersebut, lantaran pencantuman nama presiden sudah jelas dilarang dan diatur dalan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami keberatan paslon 2 mencantumkan nama Presiden Joko Widodo. Di PKPU sudah dijelaskan hal tersebut tidak boleh mencantumkan nama presiden," kata Wimbo di KPU Surabaya, Sabtu (26/9).
Tak hanya itu, pihaknya juga keberatan lantaran Machfud-Mujiaman disebut mencantumkan nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam alat peraganya.
"Begitu juga kita keberatan terhadap paslon nomor urut 2 yang mencantumkan nama Biyen Risma Sak Iki MA (dulu Risma sekarang Machfud Arifin). Jadi kita keberatan," ujarnya.
Selain itu, Wimbo yang juga Wakil Ketua DPC PDIP Kota Surabaya bidang pemenangan pemilu ini keberatan lantaran Machfud-Mujiaman juga mencantumkan nama tokoh-tokoh lain seperti Dahlah Iskan hingga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
"Itu harus izin, karena Bu Khofifah itu Gubernur Jawa Timur. Itu kalau sudah terpasang di APK harus ada izinnya dari Mendagri," ujarnya.
Saat ditanya apakah PDIP juga mengajukan izin lantaran karena mencantumkan nama Wali Kota Risma dalam alat peraga kampanye, Wimbo menjelaskan, bahwa Risma merupakan ketua DPP PDIP, maka hal itu bisa dilakukan.
"Terlepas bu Risma sebagai pejabat publik atau Wali Kota Surabaya tetapi beliau adalah kader PDIP," ucapnya.
CNNIndonesia.com telah berupaya mengonfirmasi perihal tersebut ke pihak Machfud-Mujiaman. Namun yang bersangkutan belum memberikan respons.
Sebelumnya, Pasangan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno mengaku senang mendapatkan nomor urut 2 di Pilkada Surabaya 2020. Nomor itu sama dengan Joko Widodo-Jusuf Kalla saat Pilpres 2014 lalu.
"Pak Jokowi pada putaran pertama [Pilpres 2014] nomor 2 juga. Nomor 2 simbol victory," ujarnya usai rapat pleno pengambilan nomor urut Paslon di Hotel Singgasana Surabaya, Kamis (24/9)
Nomor 2, kata dia, adalah simbol kebersamaan, kemenangan dan kolaborasi. Hal itu baginya telah dilakukan sejak awal saat dirinya diusung delapan partai politik untuk maju Pilkada 2020.
(frd/asa)