Perawat Covid-19: Kami Berhadapan Maut, Tak Cari Untung

CNN Indonesia
Senin, 05 Okt 2020 16:35 WIB
Perawat di Bandung dan Jakarta tak habis pikir pemerintah justru melempar tudingan tak berdasar bukannya membantu dalam menangani pandemi Covid-19.
Perawat protes Kepala Staf Kepresiden Moeldoko soal pernyataan rumah sakit meng-covid-kan pasien yang meninggal dunia. Ilustrasi (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Rizkiyanna Fauziyah (26), seorang perawat pasien Covid-19 di salah satu rumah sakit di Kota Bandung, Jawa Barat perasaannya campur aduk mendengar pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang meminta rumah sakit tak meng-covid-kan pasien yang meninggal dunia.

Rizki sehari-hari menangani pasien Covid-19. Ia bahkan terkadang harus bekerja melebihi jam kerja pada biasanya demi menangani pasien karena banyak yang datang ke ruang ICU ataupun UGD.

Ia bersama rekan-rekannya harus bersiaga penuh menangani pasien Covid-19. Rizki bergegas ketika mendengar suara mobil ambulans masuk ke rumah sakit karena sudah tahu yang dibawa adalah pasien Covid-19.

Rizki langsung memakai alat pelindung diri (APD) lengkap. Kemudian menyiapkan tempat tidur dan alat ventilator untuk mengantisipasi pasien Covid-19 datang dengan kondisi sesak nafas. Hal ini yang terus ia lakukan dalam beberapa bulan terakhir.

"Capek banget rasanya, bagaimana kami cari untung? Yang ada kami berhadapan dengan maut," kata Rizki melalui sambungan telepon, Senin (5/10).

Ia mengaku sudah tak pulang ke rumahnya karena takut menularkan Covid-19 ke keluarganya. Ia memilih sewa kos di dekat tempatnya bekerja, meski jarak dari rumah ke tempat kerjanya bisa ditempuh selama 30 menit menggunakan sepeda motor.

"Pulang ke kosan langsung bersih-bersih dan istirahat," katanya.

Rizki berharap pemerintah memberikan dukungan penuh pada tenaga medis, bukan malah melontarkan tuduhan tanpa bukti. Ia meyakini rumah sakit jujur soal kematian pasien Covid-19 karena ada tim verifikator yang mengevaluasi data pasien tersebut.

"Gimana mau meng-covid-kan pasien? Kan semuanya harus dibuktikan dengan hasil lab, nah itu juga harus diverifikasi lagi oleh tim verifikator. Apa bisa di klaim biaya ke pemerintah apa enggak?" ujarnya.

Uji Laboratorium

Hal serupa diungkapkan Maryani (34),salah satu perawat di rumah sakit rujakan Covid-19 di DKI Jakarta. Ia mengaku tidak habis pikir dengan tuduhan kepada rumah sakit yang sengaja meng-covid-kan pasien.

Maryani serta tenaga medis lainnya justru berharap pasien yang datang ke rumah sakit tempatnya bekerja terbukti negatif Covid-19.

"Kami justru penginnya ketika datang itu dites dan terbukti negatif, kalau positif kami penginnya pasien segera pulih, bukannya sengaja dibuat Covid-19," kata Yani.

Yani mengatakan dalam menangani pasien Covid-19, pihaknya selalu menerapkan ketentuan dan standar operasional dari Kementerian Kesehatan. Dokter yang menulis surat kematian, pun selalu didasarkan pada hasil medis berupa pemeriksaan laboratorium.

"Dokter kan nulis surat keterangan kematian dengan Covid-19 atau negatif Covid-19 itu berdasarkan hasil lab, kalau positif ya tulis (positif), kalau negatif ya negatif. Gimana caranya kita curang? Sedih sekali kalau dituduh begitu," ujarnya.

"Tolong kami tenaga medis ini dibantu, bukan dituduh seperti itu," kata Yani menambahkan.

Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Kuntjoro Adi Purjanto juga telah buka suara atas pernyataan Moeldoko. Ia mengatakan munculnya tudingan miring tersebut justru merugikan pelayanan rumah sakit dalam penanganan pandemi Covid-19.

Menurut Kuntjoro, pernyataan tak berdasar Moeldoko itu justru membuat semangat tenaga medis yang berjuang melawan pandemi Covid-19 runtuh.

"Terbangunnya opini 'RS meng-covid-kan pasien' menimbulkan stigma dan pengaruh luar biasa pada menurunnya kepercayaan publik terhadap rumah sakit dan meruntuhkan semangat dan ketulusan pelayanan yang dilaksanakan rumah sakit dan tenaga kesehatan," ujar Kuntjoro, Minggu (4/10).

Sebelumnya Kepala Staf Presiden Moeldoko meminta agar rumah sakit jujur terhadap data kematian pasien di tengah pandemi Covid-19. Ia tak ingin kematian pasien selalu dikatakan akibat positif Covid-19.

Mantan panglima TNI itu juga tak ada pihak yang mencari keuntungan dengan meng-covid-kan pasien. Moeldoko mengklaim selama ini ada isu yang berkembang bahwa rumah sakit rujukan mengcovidkan semua pasien yang meninggal dunia untuk mendapatkan anggaran dari pemerintah.

Misalnya orang sakit biasa atau mengalami kecelakaan justru didefinisikan meninggal karena Covid-19 oleh rumah sakit yang menangani. Sementara dari hasil tes menunjukkan negatif Covid-19.

(mln/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER