Massa dari berbagai elemen mulai memadati kawasan Bundaran UGM, Yogyakarta, pada Kamis (8/10) pagi.
Dari pantauan CNNIndonesia.com, sekitar pukul 09.00 WIB, massa yang rata-rata berpakaian hitam dari arah timur menggelar longmarch ke arah bundaran UGM, dengan menenteng berbagai poster bernada satir terhadap keputusan DPR RI dan Pemerintah yang mengesahkan RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
Sekitar 30 menit kemudian, massa yang mengendarai ratusan sepeda motor bergabung bersama dari berbagai arah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Massa yang tergabung dalam aksi #JogjaMemanggil ini menyuarakan tuntutan pencabutan Omnibus Law UU Cipta Kerja, menyampaikan mosi tidak percaya pada DPR, serta menyerukan pembentukan Dewan Rakyat.
Hingga berita ini diturunkan, massa aksi masih terkonsentrasi bu bundaran UGM yang nantinya akan bergerak menuju Tugu pal putih dan bergerak ke Kawasan Malioboro Yogyakarta.
Sebelumnya, Humas Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) Revo Lusi memprediksi akan ada ribuan anggota massa dari elemen buruh, mahasiswa, seniman, hingga NGO di Yogyakarta akan turut bergabung dalam aksi #JogjaMemanggil, pada Kamis (8/10).
"Rencananya juga akan ada aksi teratrikal, serta rapat visual dari sejumlah seniman," kata Revo kepada CNNIndonesia.com, kemarin.
Sebelum aksi ini, ratusan mahasiswa dari berbagai organisasi kemahasiswaan yang tergabung dalam Seruan Mahasiswa Bersatu juga sudah menggelar aksi unjuk rasa menentang Omnibus Law di pertigaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu (7/10).
Koordinator aksi, Mon mengatakan, aksi kali ini sebagai bentuk penolakan atas pengesahan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja oleh DPR RI.
"karena Undang-Undang ini mencelakakan seluruh rakyat," tegas Mon di sela-sela aksinya.
Pihaknya juga menyampaikan mosi tidak percaya kepada DPR dan pemerintahan Jokowi - Ma'ruf Amin, dengan membentuk Dewan Rakyat.
"Kami akan terus menggalang kekuatan rakyat dengan menawarkan bentuk Dewan Rakyat sendiri sebagai lembaga untuk merepresentasikan kaum buruh, tani, mahasiswa, dan kaum miskin kota," cetus dia.
![]() |