Terpisah, Pengamat Politik Universitas Andalas, Asrinaldi menduga yang dimaksud Jokowi dirinya tak lagi memiliki beban di periode kedua bukan hanya perkara politik, tapi tekanan dari pendukungnya secara keseluruhan. Ini termasuk dari masyarakat.
"Artinya apa, [kebijakan] yang saya [Jokowi] buat tidak ada persoalan. Nothing to lose bagi saya. Saya mau buat untuk masyarakat nggak masalah. Kalau saya mau buat untuk partai, ya untung partai tidak akan mengganggu pekerjaan saya (Jokowi)," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.
Berkaca pada setahun kepemimpinannya di periode kedua, Asrinaldi mengiyakan bahwa Jokowi tak lagi punya beban. Menurutnya Jokowi tak harus membangun citra dan prestasi di depan parpol, terlebih karena mayoritas berada di rangkulannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menduga ada semacam kesepahaman antara Jokowi dan parpol, agar sama-sama mendukung dan tidak menghalangi agenda politik masing-masing. Ini ia sebut dengan pemahaman politik kartel, yakni situasi di mana elite politik melanggengkan kekuasaan dengan cara terselubung.
Dalam hal ini, parpol bisa menjalankan visi politiknya melalui jabatan yang diberikan presiden. Sedangkan kebijakan presiden akan lebih mudah terakomodasi jika disetujui mayoritas parpol.
"Presiden nggak memikirkan sepanjang program dia diakomodir oleh parpol, baik di pemerintah maupun legislatif. Ini yang terjadi, bahasanya politik kartel. Kepentingan partai silahkan, kepentingan saya jangan diganggu," lanjutnya.
![]() |
Politikus PKS Mardani Ali Sera menyatakan kondisi oposisi dan koalisi yang tak berimbang membuat demokrasi di Indonesia jadi tak sehat. Ia menyebut seharusnya kekuatan partai pada oposisi dan koalisi berimbang untuk menciptakan check and balances.
"Dari awal saya selalu teriak, seluruh partai pendukung Pak Prabowo ada di luar pemerintahan. Pendukung Pak Jokowi partainya monggo memimpin karena memang menang," katanya kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.
Namun hal tersebut tak terjadi. Kecenderungan gagalnya demokrasi berkat ketimpangan koalisi dan oposisi, katanya, tecermin pada UU Cipta Kerja dan pembentukan UU dari Perppu penanganan corona.
"Berlaku lah rumus, power tends to corrupt. Sudah mulai kelihatan, ketika Perppu corona cuma PKS yang menolak," katanya.
Mardani mengakui posisi menjadi oposisi memang lebih sulit, karena selalu berupaya menjaga dan mengkritik kebijakan pemerintah. Terlebih dengan jumlah oposisi di periode kedua Jokowi yang bersisa dua partai.
Strategi yang bisa dilakukan oleh oposisi untuk memupuk kekuatan melawan pemerintah, katanya, dengan menggandeng kekuatan sipil, media, organisasi masyarakat dan mahasiswa. Hal ini berupaya dilakukan pada UU Cipta Kerja.
"Kami harus vokal dan pandai mengambil angle. Kemarin luar biasa teman-teman demokrat aksi walk out dan mik mati. Itu menyadarkan banyak pihak betapa ada, dalam tanda kutip, ketikdaseimbangan pertarungan di DPR," lanjutnya.
Lihat juga:Kominfo Siapkan Aturan Blokir Medsos |