DPR Soal Pemulangan Dubes Prancis: Jika Macron Ulangi Lagi

CNN Indonesia
Selasa, 03 Nov 2020 02:41 WIB
Komisi I DPR menyebut pemulangan Dubes Prancis untuk RI, terkait kasus Presiden Emmanuel Macron, saat ini belum tepat karena berdampak pada ekonomi.
Ilustrasi demo menentang pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Foto: CNNIndonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono meminta pemerintah memulangkan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Indonesia jika Presiden Prancis Emmanuel Macron kembali membuat pernyataan yang memicu kemarahan umat Islam.

"Kalau memang presiden Macron masih mengulangi yang sama, maka baru kita berpikir atau merencanakan untuk memanggil Dubes atau memulangkan Dubes Prancis di Indonesia," kata Dave saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (2/11).

"Belum [tepat dilakukan sekarang], karena harus ada langkahnya," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun berpendapat bahwa memulangkan Dubes Prancis dari Indonesia atau menarik pulang Dubes Indonesia yang berada Prancis merupakan sikap yang keras.

Menurutnya, langkah itu juga bisa merusak kerja sama yang dijalin antara Prancis dan Indonesia.

"[Salah satu dampaknya] kerja sama ekonomi dengan Indonesia, ada perusahaan yang tutup dan berpotensi PHK karyawan, kita udah siap belum? Bukan berarti kita lemah, tapi kita harus menyiapkan kondisi A, B, atau C," ucap Ketua DPP Partai Golkar itu.

Sebelumnya, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, meminta pemerintah RI untuk memberikan peringatan keras kepada pemerintah Prancis, dan menarik waktu Duta Besar RI di Paris hingga Macron mencabut ucapannya dan meminta maaf ke umat Islam.

Menurutnya, umat Islam Indonesia siap melakukan boikot terhadap produk Prancis, terutama jika Macron tidak bersikap toleran dan tidak menghormati umat islam. Namun demikian, Anwar mengatakan umat Islam tetap ingin hidup berdampingan dan harmonis.

Sementara itu, Presiden Jokowi mengecam pernyataan Macron yang telah memicu kemarahan umat Islam di berbagai belahan dunia.

"Indonesia mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam, yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia," kata Jokowi dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (31/10).

Diketahui, Macron merespons insiden pemenggalan guru sejarah, Samuel Paty, oleh Abdoullakh Abouyezidovitch dengan mengatakan Islam adalah "agama yang mengalami krisis di seluruh dunia".

Insiden tersebut merupakan reaksi dari pembahasan karikatur Nabi Muhammad SAW yang dibuat Charlie Hebdo di kelasnya.

Terpisah, massa aksi 211 melakukan berbagai bentuk kecaman dalam aksi membela Nabi Muhammad di depan Kedutaan Besar Prancis Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (2/11).

Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, sejumlah massa aksi mengekspresikan kemarahan mereka terhadap simbol-simbol Prancis; mulai dari injak karikatur Macron dan tas bermerek LV, hingga tak meminum Aqua yang mayoritas sahamnya dimiliki Danone, perusahaan asal negeri anggur itu.

Gambar Macron dalam karikatur tersebut digambarkan bermata kuning dan bertelinga panjang runcing dan diberi keterangan,"boycot France adalah kebebasan berekspresi". Sambil menginjak karikatur itu, massa tak lupa berswafoto. 

Infografis Kontroversi Gambar Nabi MuhammadInfografis Kontroversi Gambar Nabi Muhammad (Foto: Fajrian)

Di sudut lain, di tengah kerumunan massa aksi, sekelompok ibu-ibu menunjukkan kemarahan mereka dengan menginjak tas berlogo Louis Vuitton (LV). Namun, mereka tak menyebut produk yang diinjak tersebut produk asli atau bukan.

"Ini bentuk penolakan terhadap produk Prancis," kata salah satu ibu yang enggan disebutkan namanya.

Dalam aksinya, massa demo 211 menyerukan boikot terhadap sejumlah produk Prancis yang beredar di Indonesia.

CNNIndonesia.com coba menelusuri air minum dalam kemasan yang dikonsumsi massa aksi. Hasilnya, tak ada massa aksi yang mengonsumsi air minum dalam kemasan asa Prancis.

 

(mts/thr/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER