Seorang wanita lanjut usia (lansia) berinisial W (71) meninggal saat menjalani karantina mandiri di kediamannya, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah, Senin (2/11).
Sebelumnya, anak W, M (51) meninggal dunia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Solo setelah positif virus corona (Covid-19).
Meski berstatus kontak erat, W dan keluarga bersikeras menolak tes swab yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Solo. Mereka hanya bersedia menjalani karantina mandiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka tidak mau di-swab karena memang tidak ada gejala," kata Kepala Dinkes Solo, Siti Wahyuningsih, Rabu (4/11).
Ning menjelaskan awalnya M meninggal saat masih berstatus suspek, Kamis (29/10). Kemudian M dinyatakan positif berdasarkan tes swab yang hasilnya diterima Dinkes, Senin (2/11).
Pada hari yang sama, ibu dari M, W meninggal dunia saat menjalani karantina mandiri.
Berdasarkan penelusuran Dinkes Kota Solo, M melakukan kontak erat dengan 13 orang keluarganya. Namun, mereka menolak menjalani tes swab karena tak mengalami gejala Covid-19.
"Karena mereka karantina mandiri, kami minta warga setempat jalan jogo tonggo (jaga tetangga). Kebutuhan mereka harus dipenuhi selama karantina," ujarnya.
Sementara Ketua RT setempat, Pasir Luhur mengatakan pihaknya sudah membentuk kelompok khusus untuk menjamin kebutuhan keluarga tersebut selama karantina mandiri.
"Dalam satu rumah itu ada lima Kepala Keluarga. Total yang tinggal di rumah itu ada 11 orang," katanya.
Sementara itu, cucu W, TC mengatakan keluarganya hanya menerima kabar M positif Covid-19 secara lisan. Oleh karena itu, kata TC, mereka menolak menjalani uji swab.
"Tidak ada surat tertulisnya. Makanya kita tidak mau di-swab tapi pilih karantina mandiri," ujarnya.
TC pun membantah neneknya itu meninggal karena Covid-19.
"Nenek saya meninggal karena drop mendengar anaknya meninggal," katanya.
(syd/fra)