Calon Wali Kota Surabaya nomor urut 2, Machfud Arifin gusar kepada pesaingnya, pasangan nomor urut 1 Eri Cahyadi-Armuji dalam salah satu sesi debat kandidat Pilkada Surabaya pada Rabu (4/11) malam.
"Ini kan konsepnya Bu Wali Kota sekarang ini. Bagaimana konsep Anda ke depan? Saya cuma mau tahu bagaimana konsep Anda ke depan?" tanya Machfud.
Kegusaran itu bukan tanpa sebab. Machfud menilai pasangan Eri-Armuji kerap kali membawa program yang sudah dikerjakan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat memaparkan program-program kerjanya bila terpilih sebagai kepala daerah di Pilkada Surabaya 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eri-Armuji memang terlihat berulang kali menyebut nama dan keberhasilan program yang dijalankan Risma saat memimpin Surabaya dalam sesi debat tersebut.
Bahkan, Eri secara khusus menyampaikan rasa terima kasihnya pada Risma saat debat baru saja dimulai. Pasangan itu, memastikan pelbagai program Risma akan dilanjutkan jika terpilih menjadi Wali Kota Surabaya. Ia juga mengatakan bakal membuat Kota Surabaya lebih baik lagi ke depan.
Tak hanya itu, di sesi tanya jawab tentang penanganan virus corona (Covid-19) Eri juga memuji langkah Pemerintah Kota Surabaya di bawah Risma dalam menangani pandemi.
Ia turut menyoroti angka kesembuhan pasien positif corona Surabaya terus meningkat dari hari ke hari. Bahkan, ia menyinggung keberhasilan Tim Hunter yang dibentuk Pemkot Surabaya dalam menjalankan testing, tracing dan treatment terhadap pasien positif virus corona.
Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam menilai cara Eri-Armuji yang terus membawa nama dan program Risma, merupakan upaya meraih simpati pemilih di Pilwalkot Surabaya.
"Dia melekatkan diri dengan Bu Risma untuk meraih simpati biar pemilih milih dia," kata Surokim kepada CNNIndonesia.com, Kamis (5/11).
![]() |
Surokhim menganggap wajar bila Eri-Armuji terus menerus membawa nama Risma dalam debat kandidat. Sebab, selama ini citra Risma banyak terpatri dalam benak masyarakat Surabaya sebagai contoh sosok kepala daerah yang berhasil dan disegani.
Terlebih, hasil survei yang dilakukan Lembaga Surabaya Survei Center pada Oktober 2019 menunjukkan tingkat kepuasan kinerja terhadap Risma berada di angka 82 persen.
Karena itu, Surokim menilai pasangan ini berharap bisa mendapatkan efek ekor jas (coat tail effect) dari sosok Risma dalam Pilwalkot 2020.
"Pak Eri itu kan mantan birokratnya Bu Risma dan Pak Armuji juga kader PDIP. Sehingga wajar mereka terus melekatkan diri dengan Risma. Itu strategi yang akan dapat efek penyerta dan pendongkrak suara mereka karena melihat keberhasilan Risma selama ini," kata Surokim.
Eri sendiri merupakan mantan Kepala Bappeko Surabaya saat Risma menjabat. Baik Eri dan Armuji merupakan kader PDIP. Mereka pun hanya diusung oleh PDI Perjuangan di Pilwalkot Surabaya.
Melihat hal itu, Surokim menyatakan pertarungan debat semalam seperti duel antara kepala daerah petahana dan nonpetahana. Padahal, kedua pasangan tersebut sama-sama pendatang baru.
Namun, pasangan Eri-Armuji dinilai Surokim seperti sedang mewakili petahana. Sebab, mereka kerap kali melontarkan pernyataan yang membela kinerja Pemkot Surabaya di bawah pimpinan Risma.
Itu pula yang menyebabkan pelbagai pernyataan yang dilontarkan Eri-Armuji dalam debat cenderung bertahan atau defensif ketimbang menyerang.
Terlihat, pernyataan Eri-Armuji juga lebih banyak membantah pelbagai kritik dan pernyataan yang dilontarkan pasangan Machfud-Mujiaman dengan kinerja yang sudah dikerjakan oleh Pemkot Surabaya belakangan ini.
Salah satunya terlihat saat Machfud mengkritik kondisi sektor pendidikan di Surabaya yang masih memiliki banyak kekurangan. Eri langsung menampiknya dengan menyinggung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Surabaya sudah sangat baik, yakni sebesar 82,22 pada 2019.
"Secara keseluruhan berasa inkumben vs penantang inkumben jadinya. Padahal dua-duanya baru. Pasangan bukan inkumben. Karena Eri itu identik dengan Bu Risma. Sehingga bagian dari inkumben itu sendiri, jadi lebih kalem, lebih defensif," kata Surokim.
Berbeda dengan Eri-Armuji yang cenderung defensif, Machfud-Mujiaman dinilai Surokim menggunakan strategi menyerang dalam debat semalam.
Machfud-Mujiaman terlihat kerap kali 'menyerang' kinerja Pemkot Surabaya di bawah Risma yang dinilai tak berjalan maksimal. Salah satu yang disoroti adalah soal penanganan gizi buruk dan bayi stunting yang tak berjalan baik.
![]() |
Machfud mengaku heran ketika Eri mengklaim Surabaya telah tidak punya kasus stunting sama sekali. Sebab, data yang dia miliki menyatakan terdapat 62 ribu bayi di Surabaya terkena stunting menurut daya Bappenas.
"Enggak tahu kok di sini (pernyataan Eri) bisa turun, data dari mana?" kata Machfud.
Tak hanya itu, Machfud juga mengkritik bahwa anak muda di Surabaya kekurangan Stadion sebagai ruang untuk berkreasi dan berolahraga. Akibatnya arek Suroboyo pun harus menggunakan fasilitas di luar kota.
Menjawab itu, Armuji memilih bertahan dengan mengatakan bahwa Surabaya memiliki banyak gedung yang berkualitas internasional, salah satunya adalah Stadion Gelora Bung Tomo.
"Di sini kelihatan Machfud-Mujiaman offensif dan pede sekali. Sehingga statusnya sebagai penantang kelihatan sekali. Menyerang terus, sementara pesaingnya kalem, defend serangan itu," kata Surokim.
Lebih lanjut, Surokim menyatakan tiap-tiap strategi yang digunakan oleh kedua kandidat calon kepala daerah dalam debat Pilkada Surabaya 2020 masuk akal. Sebab, pemilih di Surabaya sendiri memiliki segmentasi yang bervariasi. Apakah lebih senang memilih kepala daerah yang tampil menyerang atau bertahan.
"Tampilan apakah ofensif atau defensif itu sekadar panggung debat. Selebihnya ke pemilih yang menentukan," kata dia.
Pilkada Surabaya 2020 diikuti oleh dua pasangan calon wali kota dan wakil wali kota. Mereka yakni paslon nomor 1, Eri Cahyadi-Armuji. Dan urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno.
Eri Cahyadi-Armuji diusung oleh PDIP dan didukung oleh PSI serta sejumlah partai non parlemen. Sementara Machfud Arifin-Mujiaman diusung oleh PKS, PKB, PPP, NasDem, Golkar, Demokrat, Gerindra dan PAN.