Calon Wali Kota Pilkada Kota Surabaya Eri Cahyadi memuji Pemkot dalam menangani pandemi virus corona (Covid-19) sejauh ini. Namun, lawan Eri yakni Machfud Arifin menyinggung soal Surabaya yang sempat menjadi zona hitam berdasarkan peta persebaran Covid-19 milik Pemprov Jatim.
Mereka menyampaikan itu semua saat debat publik Pilkada Kota Surabaya, Rabu malam (4/11).
Eri menyinggung bahwa angka kesembuhan kumulatif pasien positif virus corona di Surabaya terus meningkat mencapai lebih dari 15 ribu atau sekitar 92 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu hasil kerja sama bagaimana Pemkot kerja sama dengan kepolisian membentuk kampung tangguh. Sampai sekarang turun ke lapangan bersama-sama dengan polisi," kata Eri dalam acara debat Pilwalkot Surabaya 2020 yang ditayangkan di kanal Youtube KPU Surabaya, Rabu (4/11).
Selain itu, Eri juga menyinggung selama ini pihak Pemkot sudah mengerahkan Tim Hunter untuk menangani Covid-19. Tim itu bertugas menggalakkan tes swab PCR hingga melakukan tracing, testing dan treatment bagi masyarakat.
Ia menyatakan semua itu sudah dilakukan dengan cara berkolaborasi antara Pemkot bersama aparat kepolisian dan TNI.
"Saya ingin sampaikan dan ingin tanyakan, apakah langkah Pemkot yang sudah berjalan dengan Tim Hunter dengan swab gratis akhirnya turun sekarang, apakah langkah itu sudah bisa dikatakan benar atau tidak? Karena bukti sudah mengatakan bahwa dengan kerja sama hebat," kata dia .
Sementara itu, Calon Wali Kota Surabaya nomor urut 2, Machfud Arifin meragukan kerja sama antara Pemkot dan pihak terkait sudah maksimal dalam menekan virus corona. Ia bahkan mengungkit bahwa Kota Surabaya sempat berstatus sebagai zona hitam virus corona.
"Mohon maaf penanganan pertama, Presiden pernah mengatakan bahwa Surabaya bukan zona merah, tapi zona hitam. Ini prihatin penanganan Covid di Surabaya," kata dia.
Selain itu, Machfud mengkritik belakangan ini Pemkot Surabaya tak pernah menggandeng pihak Ketua RT dan RW dalam menangani corona. Bahkan, kata dia, banyak jajaran pengurus RT dan RW merugi untuk menangani corona secara sendirian.
"RT-RT juga tekor-tekor. RW juga tekor. Sampai Rp30 juta ngurusin Covid. Kemudian swab tes yang ada di wilayah Gayungan juga gak ada lagi," kata dia.