Perilaku yang benar serta informasi yang tepat dapat membantu mencegah penyebaran Covid-19. Namun, belum semuanya melaksanakan paket protokol kesehatan itu secara berbarengan.
UNICEF bersama dengan AC Nielsen telah melakukan survei kepada 2.000 responden di 6 kota besar di Indonesia. Survei ini dilakukan untuk menggali sikap masyarakat terkait praktik pencegahan Covid-19 pada kehidupan sehari-hari.
Hasil survei tersebut menunjukkan sebanyak 31,5 persen dari seluruh responden di lapangan melakukan seluruh perilaku 3M secara disiplin. Kemudian, 36 persen responden melakukan dua dari perilaku 3M. Sementara, 23,2 persen responden hanya melakukan satu dari perilaku 3M.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari ketiga protokol 3M, penerapan perilaku menjaga jarak menjadi yang paling sedikit diterapkan. Hanya 47 persen responden yang mengaku patuh terhadap protokol #jagajarak.
Persentase ini jauh lebih rendah dibandingkan kepatuhan terhadap protokol #pakaimasker yang mencapai 71 persen dan protokol #cucitangan yang mencapai 72 persen.
Selanjutnya, sebanyak 9,3 persen dari responden sama sekali tidak melakukan kepatuhan terhadap protokol 3M. Artinya, sebanyak 9,3 persen responden ini tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, dan tidak mencuci tangan.
"Khusus untuk jaga jarak, didapatkan ternyata ada aspek norma sosial yang berperan di sini. Misalnya merasa tidak enak menjauh dari orang lain, atau berpikir bahwa semua orang juga tidak menjaga jarak," ujar Konsultan UNICEF Risang Rimbatmaja, dalam dialog 'Keterlibatan Masyarakat dalam Respons Pandemi Covid-19', KPCPEN, Rabu (4/11).
Selanjutnya, konsep kesalahan persepsi bahwa orang yang kelihatan sehat dianggap tidak bisa menularkan penyakit juga menjadi faktor rendahnya penerapan perilaku menjaga jarak di kalangan masyarakat.
"Yang tidak kalah menonjol adalah salah persepsi. Saya sehat atau orang lain sehat kenapa harus jaga jarak. Kelihatannya konsep Orang Tanpa Gejala [OTG] masih belum betul-betul berada di benak masyarakat," jelas Risang.
Lihat juga:Kenali Empat Ragam Proses Pembuatan Vaksin |
Senada, UNICEF Communications Development Specialist Rizky Ika Syafitri mengatakan pemahaman masyarakat perlu ditingkatkan agar dapat lebih disiplin dalam menerapkan perilaku pencegahan penyebaran Covid-19.
Kebanyakan responden berpikir bahwa penularan Covid-19 melalui orang yang batuk dan bersin (71 persen). Hanya 23-25 persen responden yang menyebut penularan Covid-19 melalui berbicara dan bernapas.
Ini menegaskan protokol jaga jarak dianggap tidak terlalu perlu saat berbicara dengan orang lain selama lawan bicara tidak batuk atau bersin.
"Tentunya semakin baik pengetahuannya semakin berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan Covid-19 yang lebih baik dan disiplin," ujar Rizky.
Untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya perubahan perilaku, lanjut Rizky, penting juga untuk mengetahui media penyaluran informasi yang tepat.
"Jadi kalau untuk perubahan perilaku, kita cari tahu yang tepercaya. Karena asumsinya masyarakat akan mau melakukan perubahan yang dipromosikan. Medium televisi masih menjadi salah satu penyaluran terkuat untuk dimanfaatkan. Yang menarik juga di sini tokoh masyarakat dan tokoh agama masih didengarkan oleh masyarakat," katanya.
Pentingnya edukasi lebih lanjut akan membantu membentuk kerangka pikir pada masyarakat agar lebih disiplin lagi dalam mengubah perilaku pencegahan Covid-19.
(ang/fef)