Pengamat Sebut AS Butuh Indonesia di LCS Meski Biden Terpilih

CNN Indonesia
Selasa, 10 Nov 2020 01:35 WIB
Hubungan kerja sama pertahanan dan keamanan antara Indonesia dengan AS dinilai tak akan berpengaruh signifikan meski Joe Biden yang terpilih menjadi presiden.
Kapal Coast Guard China-4301 membayangi KRI Usman Harun-359 saat melaksanakan patroli mendekati kapal nelayan pukat China yang melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia Utara Pulau Natuna, Sabtu (11/1/2020) dini hari. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hubungan kerja sama pertahanan dan keamanan antara Indonesia dengan Amerika Serikat dinilai tak akan berpengaruh signifikan meski Donald Trump kalah dalam Pilpres AS, dan lawannya Joe Biden menjadi presiden AS.

Peneliti Senior dari Marapi Advisory & Consulting Bidang Keamanan dan Pertahanan, Beni Sukadis menilai Amerika tetap memerlukan peran serta Indonesia dalam konteks keamanan regional di wilayah Asia Tenggara, terlebih yang berkaitan dengan Laut China Selatan.

Menurutnya, Amerika diprediksi tetap ingin menggandeng Indonesia agar tak jatuh kepada pengaruh China di wilayah itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada pengaruh yang banyak. Karena seperti kita ketahui AS sangat membutuhkan RI dalam konteks keamanan regional Asia Tengara. Ini untuk menghadapi China dalam sengketa di LCS," kata Beni melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Senin (9/11).

Dia juga menyebut, meski Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke Amerika pada saat Donald Trump menjabat, tak akan ada yang berubah dari apa yang telah disepakati.

Apa yang sudah disepakati, kemungkinan besar akan tetap berjalan sesuai dengan kesepakatan kedua negara yang diwakili Menhan masing-masing.

"Artinya kerja sama pembelian alutsista dan peningkatan SDM TNI masih menjadi fokus utama kerja sama kedua negara yang bermitra secara strategis ini," ujarnya.

Lagi pula, kata dia, baik Trump maupun Biden tentu keduanya memiliki fokus yang sama dalam menghadapi konflik regional di wilayah Asia, yakni berkaitan dengan agresivitas China di wilayah Laut China Selatan.

"Fokus AS masih soal menghadapi agresivitas Cina di LCS," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Beni juga menyinggung soal isu Hak Asasi Manusia yang mungkin akan lebih mengemuka di bawah kepemimpinan Biden. Namun, menurutnya, AS dipastikan tak akan terlalu menyoroti berbgai isu HAM yang terjadi di Indonesia, termasuk di Papua.

"Ya, soal HAM mungkin akan disorot tapi AS bertindak pragmatis dengan tidak akan menyinggung RI secara keras," kata dia.

Alasannya kata dia, AS juga saat ini memiliki fokus utama yang mesti diperbaiki dan dipertahankan negaranya. Yakni berkaitan dengan ketidakinginan AS jika China terlalu mendominasi kawasan Asia Pasifik.

Dia mengataka AS sebagai negara adidaya tidak akan rela jika suatu negara menjadi saingan dalam politik global.

"Harus lihat Polugri (politik luar negeri) AS secara normatif memiliki tiga prinsip kepentingan nasional yaitu keamanaan dan perdamaian dunia, akses terhadap ekonomi (pasar) dan SDA, serta terakhir penghormatan," kata dia.

"Bagi AS yang utama adalah keamanan dan ekonomi AS. Kalau HAM bisa digunakan sewaktu tapi bukan prinsip utama polugrinya," kata dia.

Pasangan calon presiden dan wakil presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden dan Kamala Haris keluar sebagai pemenang dalam pilpres AS 2020 yang digelar Rabu (3/11) waktu setempat.


Biden dan Harris mengungguli perolehan suara atas pasangan petahana dari Partai Republik, Donald Trump dan Mike Pence.

Berdasarkan hasil CNN Projection, Joe Biden akan menjadi presiden ke-46 Amerika Serikat, setelah kemenangan di negara bagian tempat ia dilahirkan menempatkannya atas 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk menang.

(tst/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER