Pelbagai kerumunan yang muncul usai kepulangan Pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Muhammad Rizieq Shihab tak jadi cermin bahwa orang mulai abai dengan protokol kesehatan pencegahan virus corona.
Mereka yang terpaksa keluar di tengah wabah, ada yang tetap konsisten menjaga diri dan orang di sekitarnya dengan menerapkan cuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaelani adalah satu di antaranya. Saat berkeliling menjajakan dagangan, masker tetap melekat menutup hidung dan mulutnya. Nyaris sepanjang delapan bulan sejak virus menjejak pada awal Maret 2020.
Pria usia 52 ini mengaku tak punya pilihan selain tetap berjualan sembari tetap patuh pada protokol kesehatan.
"Iya nerapin sesuai anjuran saja, pakai masker, cuci tangan, masih ikutin anjuran pemerintah saya. Kami kan butuh nafkah, harus tetap aktivitas, jadi harus ikutin [protokol kesehatan]," kata Jaelani kepada CNNIndonesia.com, Kamis (19/11).
Jaelani lantas mendengar kabar mengenai kerumunan dalam beberapa kegiatan Rizieq Shihab. Hal ini memunculkan pertanyaan tersendiri baginya, yang lalu ia jawab sendiri.
Bila selama ini banyak aktivitas dibatasi akan tetapi mengapa kegiatan Rizieq yang juga mengumpulkan banyak orang justru tak beroleh perlakuan serupa, ungkap dia.
"Di situ mungkin ada ketimpangan, apa mungkin karena orang populer," lanjut Jaelani lagi setengah bertanya.
![]() |
Kepulangan Rizieq ke Indonesia setelah tiga tahun bermukim di Arab Saudi menarik kerumunan massa di sejumlah titik selama beberapa hari. Pada awal kedatangannya, orang menyemut dan berdesakan sehingga membuat akses serta Bandara Soekarno-Hatta lumpuh.
Pada Selasa (10/11) itu, ruas tol menuju Bandara mengalami kemacetan sampai berimbas pada pembatalan sejumlah penerbangan. Bahkan, sejumlah fasilitas Bandara pun rusak.
Massa lantas berbondong bergeser ke kawasan Petamburan, Jakarta Pusat. Mereka yang ingin menyaksikan kedatangan Rizieq, rela berdempetan di sekitaran Markas FPI.
Dengan banyaknya orang, mustahil menerapkan imbauan untuk menjaga jarak. Melalui rekaman video yang disiarkan di Front TV, beberapa yang datang pun terlihat menggunakan masker dengan cara yang keliru.
Itu bukan yang terakhir. Berselang tiga hari atau Jumat (13/11), kerumunan juga terjadi saat menyambut Rizieq di Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kemudian sehari setelah itu atau pada Sabtu (14/11), kerumunan muncul lagi di Petamburan, Jakarta Pusat. Ini kali untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan pernikahan putri Rizieq.
Pertanyaan bukan hanya dari Jaelani, CNNIndonesia.com menemui sejumlah orang untuk mendengar pendapat mereka mengenai penerapan protokol kesehatan. Tapi di tengah itu, tanda tanya mengenai kerumunan Rizieq bermunculan.
![]() |
Salah seorang pedagang di sekitar Pasar Mampang, Aji (45) berpendapat, mestinya seluruh kepala daerah di wilayah yang memunculkan kerumunan harus dimintai klarifikasi.
"Kemarin penjemputan di Bandara, Gubernur Banteng enggak dipanggil," kata dia mempertanyakan.
Mengingat selama ini Aji mengungkapkan, sudah susah payah mengingatkan diri sendiri untuk patuh terhadap protokol kesehatan. Meski, ia mengaku sebenarnya tidak takut tertular virus corona.
Yang lebih bikin ngeri bagi Aji adalah sanksi dari petugas Satpol PP. Jadi apa boleh buat, protokol kesehatan pun ditaati. Paling minim, menggunakan masker dengan benar.
"Karena itu ada payung hukumnya. Ya memang takut sanksi, karena ada payung hukumnya," ucap dia.
Pasalnya selama ini, menurut Aji, Satpol PP masih cukup rutin melakukan razia.
![]() |
Berbeda dengan Tarman, seorang pedagang di Pasar Ar Riyadh. Pria usia 30 ini mengungkapkan masih patuh protokol kesehatan lantaran aktivitas di pasar memaksanya bertemu banyak orang.
"Masih ikuti protokol aja, karena terpaksa harus keluar, ya hati-hati dan siaga aja," ucap Tarman.
Sementara soal kerumunan Rizieq Shihab, ia justru menyentil masih banyaknya orang yang abai terhadap protokol kesehatan dan tidak peka dengan kondisi wabah.
Padahal, menurutnya, pemerintah tak henti mengingatkan.
"Pemerintah sudah tegas, tapi banyak masyarakat yang tidak sadar dengan keadaan, kembali ke pribadi masing masing. Harus sadar diri aja," kata dia.
![]() |
Hampir senada diutarakan pedagang lain, Rike. Perempuan usia 44 tahun ini mengaku tetap menjalankan protokol kesehatan lantaran takut tertular Covid-19.
"Kita enggak tahu virusnya karena enggak ngeliat. Jadi ikutin aja pakai masker cuci tangan. Dari awal corona sampai sekarang," ungkap Rike.
Karena itu ia pun berharap pemerintah bisa lebih tegas menindak kerumunan. Termasuk, kerumunan massa yang muncul usai kedatangan Riziq Shihab.
Ia menuturkan, selain membahayakan karena di tengah pandemi, kerumunan juga mengganggu aktivitas masyarakat lain.
"Biasanya kan jalan-jalan ditutup. Kalau yang bandara itu kayaknya macet ya, itu mengganggu," kata dia.
Selain dari kelompok pedagang dan orang yang terpaksa masih berkegiatan di ruang publik, kepatuhan akan protokol kesehatan juga tetap dijalankan Ramadhan Iqbal selaku pegawai.
![]() |
Sepanjang pandemi sekitar delapan bulan ini, ia mengikuti pelbagai anjuran demi mencegah penularan virus corona.
"Kalau protokol tetap dijalani, kalau kerja juga kan harus, waktu di jalan juga. Kita ikutin pemerintah," kata Iqbal.
Lebih lanjut, pria usia 24 tahun ini merasa banyaknya peristiwa yang mengundang kerumunan beberapa waktu belakangan disebabkan ketidaktegasan pemerintah dan aparat menegakkan aturan.
Akibatnya, bukan saja meningkatkan risiko penularan virus di tengah pandemi melainkan juga mengganggu aktivitas masyarakat.
"Ada kerumunan itu, kalau aku lihat karena kurang tegas. Kerumunan itu mengganggu. Misal yang di Bandara, itu banyak orang yang kerja di bandara akses kerja terhalang. Rugi telat kerja, penumpang juga," pungkas Iqbal.
Kerumunan Rizieq Shihab di beberapa titik belakangan berbuntut pemanggilan sejumlah pejabat daerah. Polisi meminta klarifikasi mulai dari pejabat tingkat RT hingga Gubernur untuk mencari tahu ada tidaknya dugaan pidana dalam pelbagai kegiatan yang mengumpulkan banyak orang tersebut.
(ygi/nma)