PILKADA SURABAYA

Machfud Arifin Anggap Tudingan PDIP Ombak untuk Berselancar

CNN Indonesia
Jumat, 20 Nov 2020 18:28 WIB
Dituding PDIP melakukan politik pecah belah, cawalkot Machfud Arifin menganggapnya sebagai gelombang besar untuk berselancar jelang pencoblosan.
Cawalkot Pilkada Surabaya Machfud Arifin menanggapi santai tudingan PDIP yang menyebutnya melakukan politik pecah belah seperti Belanda (Screenshot via instagram @cak.machfudarifin)
Surabaya, CNN Indonesia --

Calon wali kota Pilkada Kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin buka suara usai dituding melakukan politik pecah belah atau devide et impera terhadap internal PDIP.

Machfud menanggapi dengan santai. Dia mengibaratkan tuduhan dari PDIP itu seperti gelombang atau ombak surfing yang akan ia jadikan tempat bermain.

"Dalam waktu singkat mendekati pilkada mungkin ada yang panas-panas, saya dibilang ono ini [memecah belah] biarin. Gelombang besar muncul akan saya jadikan surfing, akan saya jadikan tempat bermain-main," kata Machfud, Jumat (20/11)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Machfud menegaskan tidak akan menghindar dengan segala tuduhan itu. Dia ingin menikmatinya seperti gelombang di lautan. Nakhoda hebat, menurutnya, adalah yang berani dan lolos menghadapi gelombang besar.

Meski begitu, mantan Kapolda Jatim ini membantah, jika ia disebut telah melakukan devide et impera atau strategi politik pecah belah ala Belanda di tubuh PDIP Surabaya.

Dia mengatakan bahwa PDIP adalah organisasi atau partai yang besar. Meski demikian, bukan berarti luput dari permasalahan internal dan ia menolak dituding jadi penyebabnya.

"Jangan ada satu rumah tangga yang rusak, terus kami dituduh-tuduh," ucapnya.

Machfud menegaskan bahwa dirinya bersama Mujiaman hanya fokus pada kerja-kerja pemenangan menghadapi pemungutan suara pada 9 Desember mendatang. Dia tetap ingin pilkada berjalan damai dan bermartabat.

Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat, saat menghadiri pelantikan Tri Rismaharini sebagai Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDI Perjuangan masa bakti 2019-2024 di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2019. CNN Indonesia/Bisma SeptalismaSekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, saat menghadiri pelantikan Tri Rismaharini sebagai Ketua Bidang Kebudayaan DPP PDI Perjuangan masa bakti 2019-2024 di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2019. CNN Indonesia/Bisma SeptalismaKetua DPP PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat menuding kubu Machfud-Mujiaman melakukan praktik politik pecah belah hingga membuat kadernya membelot di Pilkada Surabaya ( CNN Indonesia/Bisma Septalisma)

Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat menuding kubu pasangan calon Pilkada Kota Surabaya Machfud Arifin-Mujiaman menjalankan praktik devide et impera atau politik pecah belah seperti yang dilakukan Belanda di masa lalu.

Tudingan itu tak lepas dari sikap sejumlah kader PDIP yang membelot tak mau mendukung paslon Eri Cahyadi-Armuji. Mereka membangkang dan mendukung pasangan Machfud Arifin-Mujiaman.

Kader PDIP yang membelot itu antara lain Kakak Whisnu Sakti, Jagad Hariseno, kader sepuh PDIP Surabaya Mat Mochtar dan ratusan kader lawas lainnya yang tergabung dalam Banteng Ketaton. Sejauh ini, Mat Mochtar sudah dipecat.

"MA (Machfud Arifin) telah melakukan politik devide et impera ala kolonialisme Belanda," kata Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat, Kamis (19/11).

Pilkada Surabaya 2020 bakal diikuti oleh dua pasangan calon wali kota dan wakil wali kota. Mereka yakni paslon nomor 1, Eri Cahyadi-Armuji dan nomor urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno.

Eri Cahyadi-Armuji diusung oleh PDIP dan didukung oleh PSI serta sejumlah partai non-parlemen. Sementara Machfud Arifin-Mujiaman diusung oleh PKS, PKB, PPP, NasDem, Golkar, Demokrat, Gerindra dan PAN.

(frd/bmw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER