Ketua Bantuan Hukum Front Pembela Islam (FPI), Sugito Atmo Pawiro menyebutkan sejumlah hal yang ia anggap janggal yang dilakukan aparat dalam bentrok dengan pengawal Rizieq Shihab di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Senin (7/12).
"Alibi yang dibangun polisi itu menjadi sebuah ilusi," kata Sugito dalam keterangan tertulis, Senin (7/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal pertama yang menurutnya janggal adalah tujuan aparat kepolisian berada dalam iringan rombongan Rizieq.
"Bukankah tidak ada urgensi dan kepentingan aparat kepolisian untuk berada di antara iringan kendaraan HRS dan keluarga yang akan menjalankan ibadah Sholat Subuh berjemaah, dinihari tadi?," sambung dia.
Menurut dia, tindkan aparat mengikuti iringan Rizieq merupakan bentuk pelanggaran kebebasan warga.
"Penembakan terhadap keenam anggota Laskar FPI yang mengawal HRS dan keluarga adalah puncak kekonyolan dalam operasi yang tidak memiliki manfaatnya bagi negara ini," sambung dia.
Kedua, ia menganggap cara-cara aparat sebagai langkah terencana dan sistematis saat mengikuti setiap pergerakan pemimpinnya, Rizieq Shihab sejak kepulangan ke Indonesia 10 November 2020 lalu.
"Peristiwa tewasnya keenam pengawal HRS sebagai puncak dari kegiatan operasi kepolisian yang melampaui batas dan kepatutan hukum," kata dia.
Polisi sebelumnya sempat mengakui mengikuti rombongan Rizieq. Direktur Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda Metro Jaya Tubagus Ade Hidayat menjelaskan, langkah ini merupakan bagian dari pemantauan karena polisi mendapatkan informasi bakal ada pengerahan massa untuk mengawal pemeriksaan Rizieq Shihab.
Adapun hal ketiga yang menurut Sugito janggal adalah, penyerangan yang oleh polisi disebut dilakukan anggota laskar FPI.
Pasalnya menurut Sugito, mustahil keenam pengawal Rizieq menyerang petugas terlebih dulu. Sebab ia mengklai, anggota laskar fokus mengawal rombongan Rizieq.
"Selain itu tidak ada seorang pun anggota Laskar FPI yang mengawal HRS dan keluarga menggunakan senjata api," kata Sugito.
Perihal ini pun kepolisian memiliki versi tersendiri. Berdasar rekaman suara atau voice note, penyidik Polda Metro Jaya menyebut laskar pengawal Rizieq Shihab merencanakan penyerangan terhadap aparat.
Dalam kesempatan berbeda Sekretaris Umum FPI, Munarman mengutarakan hal serupa. Ia mengklaim bahwa pentolan organisasinya, Rizieq Shihab kerap diintai oleh pihak yang diduga dari institusi resmi negara setibanya di Tanah Air.
Pernyataan itu ia katakan untuk menjelaskan latar kejadian sebelum terjadinya insiden bentrok antara pendukung Rizieq dan kepolisian pada Senin (7/12) dini hari.
"Artinya yang mau saya sampaikan di sini, HRS [Habib Rizieq Shihab] sejak kepulangannya memang diintai 24 jam," kata Munarman dalam konferensi pers yang digelar di Kantor DPP FPI, Jakarta, Senin (7/12).
![]() |
Namun begitu Munarman enggan membeberkan institusi mana yang ia sebut kerap mengintai Rizieq Shihab tersebut.
Ia hanya mengatakan personel pengintai berjumlah 30 orang yang masing-masing dibagi di 3 titik. Yakni di Petamburan, Jakarta Pusat, Megamendung dan Sentul Bogor, Jawa Barat.
"Memang ada beberapa pengintai di pondok pesantren milik HRS di Megamendung, yaitu hari Jumat itu ada beberapa pengintai yang ditugaskan oleh institusi resmi negara. Saya tidak mau sebut. Yang ditugaskan mengintai 24 jam. Mereka menggunakan drone dan peralatan canggih lainnya," kata Munarman.
Munarman lantas bercerita, tiga petugas pengintai tersebut sempat tertangkap laskar FPI yang berjaga di pesantren milik Rizieq di kawasan Megamendung, Bogor. Ia pun mengatakan FPI sudah mendapatkan data-data dari para pengintai yang tertangkap oleh laskar tersebut.
"Kebetulan mereka terjebak dengan cara pengintaian mereka sendiri yang tidak profesional. Ada komunikasi antara laskar penjaga Megamendung dengan para pengintai. Ada tiga orang yang berhasil dikomunikasikan dan kita mendapatkan semua data-datanya," kata Munarman.
Bentrokan yang melibatkan aparat polisi dan anggota laskar FPI tersebut berujung pada tewasnya enam orang dari pendukung Rizieq Shihab. Masing-masing pihak--baik polisi maupun FPI--memiliki versi kronologi masing-masing.
Polisi menyebut bentrok lantaran aparat diserang dan dipepet ketika melakukan penyelidikan. Sedangkan FPI menyatakan, bentrok bermula karena kelompok laskar pengawal mendapat serangan dari orang tak dikenal di tengah tugas mengawal pentolan FPI Rizieq Shihab.
Untuk sementara ini, upaya menggali fakta dan mengungkap kebenaran musabab insiden tersebut tengah dilakukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dengan membentuk tim khusus.
Menurut Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam tim bakal mendalami pelbagai informasi seputar kejadian.
"Komnas HAM melalui [Bidang] Pemantauan dan Penyelidikan telah membuat tim. Saat ini sedang mendalami informasi untuk memperdalam berbagai informasi yg beredar di publik," kata Choirul Anam kepada CNNIndonesia.com, Senin (7/12).