Gubernur Banten Wahidin Halim mengaku galau tak masuk prioritas penerima vaksin corona, karena telah berusia 66 tahun. Sementara pemerintah akan melakukan vaksinasi kepada warganya yang berusia antara 18-59 tahun.
Mantan Wali Kota Tangerang dua periode itu pun mempersilakan wartawan mendapatkan vaksin lebih dahulu.
"Yang divaksin wartawan dulu, baru saya belakangan. Saya kan galau, di atas batas (usia) maksimal vaksinasi," kata Wahidin sembari berseloroh di rumah dinasnya, Kota Serang, Selasa (22/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia berharap pemerintah pusat memberikan vaksin kepada pelajar, mahasiswa, guru dan dosen terlebih dahulu agar pembelajaran tatap muka di Banten bisa segera di mulai.
"Anak sekolah juga diprioritaskan, biar (belajar) tatap muka," ujarnya.
Dia mengatakan kelompok yang dipastikan bakal menerima vaksin corona yakni tenaga kesehatan yang jumlahnya mencapai 43 ribu orang. Dari jumlah itu, pemerintah akan memprioritaskan bagi nakes yang bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19.
"Januari (vaksinasi), (total) nakes (ada) 43 ribu (orang). Sekarang nakes sedang mengisi form untuk mengetahui mana saja yang dilakukan vaksinasi dan tidak," ujarnya.
Mengenai jumlah vaksin yang akan diterima oleh Pemprov Banten, Wahidin masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah pusat, karena masih terus dilakukan persiapan dan pendataan.
"Dulu (target vaksin Banten) 8 juta (orang), sekarang 1,5 juta gratis dan 3,9 juta yang mandiri. Kebijakannya masih berubah-ubah," jelasnya.
Pemerintah akan menggelar vaksinasi Covid-19 mulai tahun depan. Sejumlah produk vaksin yang akan digunakan di Indonesia juga telah ditetapkan Kementerian Kesehatan.
Produk-produk vaksin itu adalah dari Bio Farma, Astra Zeneca, Sinopharm, Moderna, Sinovac, dan Pfizer Inc and BioNtech. Presiden RI Joko Widodo sendiri telah memastikan untuk vaksinasi Covid-19 itu akan gratis bagi rakyat Indonesia.
Lembaga riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC)menyebut resistensi terbesarterhadap vaksinasiCovid-19datang dari warga di DKI Jakarta dan Banten.
Hal tersebut merupakan hasil survei nasional terbaru SMRC yang berlangsung pada 16-19 Desember 2020 melalui wawancara per telepon kepada 1.202 responden secara acak (random).
"Hanya 37 persen warga yang menyatakan secara tegas mau divaksin. Selebihnya, 17 persen tidak mau, 40 persen pikir-pikir dulu, dan 6 persen tidak menjawab," ungkap peneliti SMRC, Tati Wardi dalam konferensi video, Selasa (22/12).
(ynd/pmg)