Survei SMRC: DKI-Banten Terendah Kesediaan Divaksin

CNN Indonesia
Selasa, 22 Des 2020 19:12 WIB
SMRC mendapati penurunan kesediaan warga untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 dari survei sebelumnya pada periode awal Desember lalu.
Proses simulasi penyuntikan vaksin Covid-19 di Puskesmas Tapos, Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10/2020). (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Lembaga riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut resistensi terbesar terhadap vaksinasi Covid-19 datang dari warga di DKI Jakarta dan Banten.

Hal tersebut merupakan hasil survei nasional terbaru SMRC yang berlangsung pada 16-19 Desember 2020 melalui wawancara per telepon kepada 1.202 responden secara acak (random).

"Hanya 37 persen warga yang menyatakan secara tegas mau divaksin. Selebihnya, 17 persen tidak mau, 40 persen pikir-pikir dulu, dan 6 persen tidak menjawab," ungkap peneliti SMRC, Tati Wardi dalam konferensi video, Selasa (22/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atas hasil survei tersebut, bila melihat perbandingan antarwilayah, SMRC mendapati warga di DKI dan Banten menunjukkan kesediaan paling rendah divaksinasi dibandingkan daerah-daerah lainnya.

Berdasarkan survei SMRC itu hanya 14 persen warga DKI dan Banten yang menyatakan bersedia divaksinasi ketika vaksin sudah tersedia. Terendah berikutnya adalah Jawa Tengah yang angkanya mencapai 33 persen, di Jawa Barat mencapai 42 persen, dan di Jawa Timur mencapai 49 persen.

"Sosialisasi vaksinasi ini nampaknya harus lebih gencar dilakukan di DKI dan Banten, mengingat di dua daerah ini sebenarnya tingkat penambahan jumlah penderita Covid-19 justru salah satu yang paling tinggi," ujar Tati.

Selain itu, dari survei nasional yang dilakukan pihaknya, Tati menyatakan bahwa kemauan untuk divaksin justru datang dari warga pedesaan dan kelompok orang tua.

"Keinginan untuk melakukan vaksinasi lebih besar datang dari warga laki-laki, pedesaan, usia lebih tua, pendidikan lebih rendah, berpenghasilan lebih tinggi, dan warga di Jawa Timur," ujar Tati.

Secara nasional, SMRC menemukan hasil dari survei kali ini mengalami penurunan dari yang dilakukan pada periode penelitian 2-5 Desember. Pada survei awal Desember ini, SMRC menemukan 54 persen responden mengatakan bersedia divaksin.

Dengan demikian, bila dibandingkan dengan hasil survei terkini ditemukan ada pengurangan 17 persen responden yang bersedia divaksin.

Penurunan juga ditemukan pada kepercayaan responden terhadap keamanan vaksin. Pada periode 16-19 Desember hanya 56 persen warga yang percaya vaksin aman digunakan. Ini menurun dari periode 2-5 Desember, yakni mencapai 66 persen.

Lalu 55 persen warga percaya vaksin efektif menciptakan imunitas terhadap covid-19 pada 16-19 Desember, menurun dari periode 2-5 Desember dengan 65 persen.

Angka kesediaan dan kepercayaan terhadap vaksin didapati konsisten dengan tingkat ketakutan warga terhadap covid-19. Dari seluruh responden, 71 persen ditemukan takut tertular corona.

Ini menurun dari hasil survei pada 7-10 Oktober dengan 84 persen mengaku takut tertular. Kemudian warga yang meyakini kasus covid-19 semakin banyak juga menurun, dari 82 persen pada 7-10 Oktober, menjadi 65 persen pada 16-9 persen.

"Ini bertolak belakang dengan fakta sebenarnya, bahwa jumlah kasus positif harian pada Desember 2020 dengan rata-rata 6.000an kasus lebih banyak dua kali lipat dari Oktober 2020 dengan rata-rata 3.000an kasus," kata Tati.

Diketahui pemerintah Indonesia akan menggelar vaksinasi Covid-19 mulai tahun depan. Pemerintah sendiri telah menetapkan produk-produk vaksin yang akan digunakan di Indonesia.

Produk-produk vaksin yang telah ditetapkan Kemenkes itu adalah dari Bio Farma, Astra Zeneca, Sinopharm, Moderna, Sinovac, dan Pfizer Inc and BioNtech. Presiden RI Joko Widodo sendiri telah memastikan untuk vaksinasi Covid-19 itu akan gratis bagi rakyat Indonesia.

(fey/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER