ANALISIS

Kursi Menag Yaqut, Sekali Dayung PKB-NU Dijangkau Jokowi

CNN Indonesia
Kamis, 24 Des 2020 10:37 WIB
Menag Yaqut Cholil Qoumas juga dinilai lebih siap pasang badan ketimbang Fachrul Razi menghadapi sejumlah ormas atau kelompok radikal. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dinilai mewakili PKB dan PBNU di Kabinet Indonesia Maju. (Arsip Humas Kemenag)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor), Yaqut Cholil Qoumas sebagai menteri agama (Menag). Yaqut menggantikan posisi Fachrul Razi yang terdepak dari Kabinet Indonesia Bersatu.

Nama Yaqut berada di luar prediksi. Sebelum ada pengumuman dari Jokowi, nama kakaknya Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf yang santer digadang-gadang sebagai menteri agama.

Yaqut dan Yahya merupakan saudara kandung asal Rembang, Jawa Tengah. Mereka berdua putra dari K.H Muhammad Cholil Bisri, salah satu pendiri PKB. Keduanya juga besar sebagai pengurus NU.

Selain menjabat ketua umum GP Ansor, Yaqut juga duduk sebagai anggota DPR dari Fraksi PKB. Ia sebelumnya juga pernah menjabat sebagai wakil bupat Rembang 2005-2010.

Penunjukan Yaqut menggantikan Fachrul Razi dinilai lebih untuk mengakomodasi jatah partai di Kabinet Indonesia Maju. Yaqut dipilih untuk menambal jatah PKB yang minus setelah Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto ikut terdepak dalam perombakan kali ini.

"Tampaknya karena PKB itu menteri satu diganti, Menteri Agus Suparmanto, kan Mendag tuh, diganti sama Pak Luthfi. Berarti jatah PKB berkurang, maka harus diganti," kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/12) malam.

Dajayadi mengatakan pengangkatan Yaqut sebagai menag bukan hal aneh. Menurutnya, penunjukkan Panglima Banser itu justru lebih beralasan untuk menggantikan Fahcrul.

Di sisi lain, kata Djayadi, Jokowi juga tak akan mengurangi jatah kursi menteri dari partai politik. Terlebih, selama ini tak ada partai di bawah koalisi yang bertentangan dengan pemerintah.

Sejumlah kebijakan Jokowi dalam setahun terakhir sejak Oktober 2019, didukung oleh semua partai koalisi. Sebut saja revisi UU KPK, revisi UU MK, hingga Omnibus Law UU Cipta Kerja.

"Kan partai-partai setahun ini enggak ada yang balelo sama Jokowi. Enam partai termasuk PKB. Kan enggak ada yang enggak dukung kebijakan utama Jokowi," imbuhnya.

Djayadi menilai pengangkatan Yaqut juga sekaligus mengakomodasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yang sebelumnya kecewa lantaran kursi menteri agama justru diisi pensiunan militer.

Kendati berlatar belakang pendidikan formal, Yaqut lahir dan besar dari keluarga NU. Ia adalah anak dari almarhum Cholil Bisri, pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibien, Rembang, Jawa Tengah yang juga salah satu pendiri PKB.

Cholil Bisri adalah kakak kandung Mustofa Bisri atau yang karib disapa Gus Mus. Sehingga, Yaqut adalah keponakan ulama sepuh NU tersebut.

Yaqut sempat belajar di jurusan Sosiologi Universitas Indonesia (UI), meski tak sampai selesai.

Sejak pendidikan dasar, dia bersekolah formal. Yaqut pernah belajar di SDN Kutoharjo (1981-1987), SMPN II Rembang (1987-1990), dan SMAN II Rembang (1990-1993).

Ia pun berhasil menjadi menteri dalam usia yang terbilang cukup muda, yakni 45 tahun atau selisih 10 tahun dari kakaknya, Yahya Cholil Staquf.

Menurut Djayadi, Yaqut adalah satu-satunya kandidat paling akomodatif bagi partai koalisi di jajaran pemerintah.

"Kalau misalnya Yahya Cholil Staquf masuk, dia lebih cenderung wakil NU. Berarti PKB harus dicari kursi lain. Untuk mengganti menteri kursi perdagangan. Nah itu akan lebih banyak menteri lagi yang diganti," ujarnya.

Presiden Joko Widodo (tengah) menghadiri pertemuan dengan Pimpinan Pusat dan Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor se-Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/1/2019). Pertemuan itu membahas sejumlah kasus-kasus radikalisme yang ada di Indonesia. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.Presiden Joko Widodo (tengah) menghadiri pertemuan dengan Pimpinan Pusat dan Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor se-Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/1/2019). Pertemuan itu membahas sejumlah kasus-kasus radikalisme yang ada di Indonesia. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.

Lawan Ormas Radikal

Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai penunjukkan Yaqut menggantikan Fachrul adalah sinyalemen pemerintah semakin 'keras' terhadap kelompok-kelompok radikal dan intoleran.

Apalagi, pergantian ini terjadi di tengah gejolak pemerintah dengan sejumlah ormas tertentu beberapa waktu terakhir.

"Tentu dengan Yaqut sebagai menteri, narasi politik kebangsaan yang inklusif, Islam Nusantara dan lain-lain itu bisa jauh lebih kuat ketimbang narasi politik agama yang katanya dinilai memecah belah itu," kata Adi.

Menurut Adi, Yaqut akan lebih siap pasang badan ketimbang Fachrul menghadapi sejumlah ormas atau kelompok radikal di bawah pemerintahan Jokowi saat ini.

Adi menilai Yaqut akan mengambil garis tegas melawan mereka, apalagi di usianya yang terbilang masih cukup muda. Sikap itu, menurutnya, yang tidak dilakukan Fachrul selama kurang lebih setahun menjadi menteri agama.

Adi berpendapat Fachrul mengalami kesulitan untuk membangun jejaring dengan kelompok Islam. Kondisi itu berbeda dengan Yaqut, sebagai pemimpin organisasi sayap PBNU.

"Menteri agama yang sekarang siap head to head dengan siapapun kelompok itu, artinya pasang badan siap head to head, siap saling baku hantam dalam tanda kutip baku hantamnya," katanya.

(thr/fra)


[Gambas:Video CNN]
Lihat Semua
SAAT INI
BERITA UTAMA
REKOMENDASI
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
LIHAT SELENGKAPNYA

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TERPOPULER