Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengingatkan pemerintah hati-hati ketika membuka kembali sekolah tatap muka di masa pandemi Covid-19. Pasalnya, varian baru Covid-19 yang ditemukan di Inggris lebih banyak menyasar anak-anak.
"Kembali untuk penerapan di Indonesia, kita [positivity rate] di atas 10 persen, harus hati-hati buka sekolah. Jadi mohon diperhatikan jika terpaksa dibuka maka harus monitor sangat amat ketat dan kalau perlu kebijakannya disesuaikan," kata Zubairi dalam dialog 'Membedah Regulasi Larangan Masuk Bagi Warga Asing' di YouTube BNPB, Selasa (29/12).
Berdasarkan data mingguan Satgas Covid-19 per 14 Desember-20 Desember, angka positivity rate Indonesia sebesar 18,26 persen. Angka tersebut hampir empat kali lebih tinggi dari ketetapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zubairi mengatakan saat sekolah di Inggris tetap dibuka, ditemukan anak-anak lebih banyak terinfeksi varian virus corona baru daripada varian yang lama.
"Dari situ disimpulkan baru saja datang pun, [virus] ternyata bisa cepat menyebar," kata Zubairi.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim membolehkan pembukaan sekolah di semua zona mulai Januari 2021. Nadiem menyerahkan keputusan pembukaan sekolah kepada pemerintah daerah, pihak sekolah, serta orang tua murid.
Namun, beberapa daerah memutuskan menunda pembukaan sekolah, seperti Jawa Tengah hingga Kota Palembang, Sumatera Selatan. Komisi X DPR juga meminta pemerintah mengkaji ulang kebijakan pembukaan sekolah Januari 2021.
Meskipun demikian, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan ada 785 sekolah di wilayahnya yang akan menggelar kegiatan belajar mengajar secara tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan pencegahan virus corona.
Di sisi lain, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan 78,17 persen dari 62.448 siswa setuju sekolah tatap muka dilakukan Januari 2021. Hasil ini ditemukan berdasarkan survei daring pada 11-18 Desember 2020.
(mln/fra)