Ditemui terpisah, Hanafi, petugas PJLP Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Selatan yang bertugas di TPU Jeruk Purut, Cilandak, Jakarta Selatan, berharap areanya tak dijadikan makam tumpang untuk jenazah covid-19.
"Kalau di sini alhamdulillah belum ada makam tumpang Covid-19, karena kita juga masih was-was gitu, takutnya nanti di TPU kita ada keluarga nuntut gitu, atau ada penolakan warga," kata Hanafi saat ditemui Kamis (21/1).
TPU Jeruk Purut sendiri, kata Hanafi, tak lagi menerima pemakaman baru. Area dengan luas 9,12 hektare itu menurutnya telah menjadi tempat persemayaman puluhan ribu orang. Sejak sekitar tiga atau empat tahun lalu, TPU tempatnya menggantungkan hidup itu hanya melayani makam tumpang bagi jenazah biasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sembari bekerja, ia pun menunjuk salah satu makam tumpang yang telah terisi empat anggota keluarga, sedang di sebelahnya ada galian makam baru tumpang yang bakal digunakan untuk tiga keluarga dari kakek hingga cucu.
"Di sini tumpang semua, sudah penuh deh, ya," kata dia sembari menenteng cangkul bersiap mencangkul liang lahat lainnya.
Meski masih was-was soal pemakaman covid-19, namun pria 55 tahun ini andal melakukan prosesi pemakaman. Mulai dari pengerukan lahan, gotong peti, hingga memasukkan jenazah ke liang lahat.
Ia telah menekuni pekerjaannya itu sejak lima tahun lalu. Hingga Hanafi mendapat julukan 'panglima' oleh kawannya.
Ia pun menyatakan siap fisik dan mental jika tiba-tiba nantinya ditugaskan untuk terjun sebagai salah satu pasukan terdepan selama masa pageblug ini.
"Siap-siap saja saya mah, siap 45," kekeh kakek lima orang cucu itu.
![]() |
Lihat juga:Darurat Lahan Makam Jakarta Disapu Corona |
Saat ditanya soal intensif, Hanafi mengaku belum sempat mencicipi hal itu karena dia belum pernah memakamkan jenazah Covid-19. Selama pandemi ini, setiap bulan Hanafi rutin mengantongi Rp4,2 juta untuk biaya hidup di ibu kota.
Istri dan anaknya membuka sebuah warung kopi di area pemakaman sebagai salah satu upaya menyambung hidup. Warung itu jadi tempat istirahat jika Hanafi enggan pulang karena pinggangnya kerap encok.
(pmg/wis)