
BNPB Ungkap Tren Peningkatan Bencana Banjir hingga Longsor

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan terdapat tren peningkatan bencana secara nasional yang mayoritas merupakan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan hingga kekeringan.
"Kita lihat mayoritas adalah kejadian [bencana] hidrometeorologi frekuensinya. Dan memang ada kecenderungan meningkat," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam konferensi video, Selasa (2/2).
Berdasarkan data yang ia paparkan, tren jumlah kejadian bencana perlahan meningkat sepanjang 2015-2019, yang kemudian menurun pada 2020. Namun persentase kejadian bencana hidrometeorologi setiap tahunnya terus meningkat hingga 2020.
BNPB mencatat 99 persen dari kejadian bencana sepanjang 2020 merupakan bencana hidrometeorologi. Dari total 2.952 kejadian, 1.080 kejadian di antaranya adalah banjir, 880 kejadian puting beliung, 577 kejadian tanah longsor, 326 kejadian kebakaran hutan dan lahan, dan 29 kejadian kekeringan.
Banjir, tanah longsor dan puting beliung menjadi tiga bencana yang paling banyak menelan korban meninggal dan hilang. Dari total 409 korban meninggal dan hilang dalam satu tahun, 259 jiwa di antaranya karena banjir, 124 jiwa karena tanah longsor dan 24 jiwa karena puting beliung.
Jati menjelaskan dalam pengelolaan risiko bencana sesungguhnya ada beberapa fase yang perlu diperhatikan. Selain perkara penanganan dan pemulihan bencana, juga harus dilakukan pemeliharan untuk antisipasi, perencanaan kesiapan dan pengawasan bencana. Fase ini, menurutnya, kadang terlupakan.
"Pertama di mana kita melakukan pengawasan. Di wilayah sungai dilakukan pemeliharaan. Ini adalah siklus yang mungkin kita lupakan. Kemudian dalam risiko ada perbaikan, ini investasi semuanya, pemeliharaan. Ketika terjadi bencana baru kita lebih sibuk, karena sudah terjadi," katanya.
![]() |
Penyebab Bencana
Mengutip buku Mitigasi Bencana Hidrometeorologi yang ditulis Guru Besar Ilmu Geografi dan Kebencanaan Universitas Negeri Padang (UNP) Dedi Hermon, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang disebabkan oleh rusaknya sistem dalam siklus hidrologi, sehingga mempengaruhi kestabilan kondisi iklim dan cadangan air di permukaan bumi.
Kondisi ini bermula dari pembukaan lahan yang masif dilakukan untuk pemukiman, pertanian dan perekonomian. Sementara pembukaan lahan mengakibatkan lepasnya cadangan karbon ke atmosfer yang menyebabkan konsentrasi gas CO2 meningkat dan memperparah pemanasan global.
Akibatnya, pola hujan tidak teratur, variasi musim hujan dan kemarau tidak konsisten, fungsi hidrologis Daerah Aliran Sungai (DAS) hilang, dan penyusutan tutupan hutan terjadi dengan masif yang berujung pada degradasi lahan yang mengakibatkan bencana banjir dan longsor.
Dan kondisi seperti ini, menurut Dedi, dapat mendorong potensi bahaya seperti musnahnya keanekaragaman hayati, hilangnya sumber air di permukaan bumi, hingga berkurangnya konsentrasi oksigen akibat melimpahnya kandungan CO2 di atmosfer.
"Kondisi seperti ini akan menimbulkan bencana secara global dan tentu akan mengakibatkan kematian massal manusia dan makhluk hidup lainnya," tulis buku tersebut.
Sebelumnya, rentetan bencana melanda Indonesia di awal 2021. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mencatat banjir terjadi di 10 provinsi sepanjang Desember 2020-Januari 2021. Salah satunya yang paling disoroti di Kalimantan Selatan.
Menurut data BNPB, sepanjang Januari 2021 rentetan bencana telah menelan 191 korban meninggal dan 9 orang hilang. Kemudian 12 ribu orang lainnya luka-luka dan 1,5 juta orang harus mengungsi.
(fey/pmg)[Gambas:Video CNN]