Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap penyebab tenggelamnya Kapal MV Nur Allya adalah likuefaksi pada muatan bijih nikel akibat kelebihan kadar air.
"Dapat disimpulkan bahwa muatan Nur Allya mengalami likuefaksi," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di Jakarta, Sabtu.
Diketahui, likuefaksi sendiri lazim digunakan dalam kasus gempa bumi, yakni saat terjadi fenomena tanah bergerak akibat hilangnya kekuatan permukaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan kesimpulan tersebut berdasarkan analisis kerusakan lifeboat, data sistem informasi otomatis (AIS), adanya sinyal Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB), data hasil survei bawah air, keadaan laut yang cukup bergelombang.
Secara khusus, kata Soerjanto, ada data keadaan kadar air dari muatan pada bijih nikel yang melebihi batas kadar air yang diizinkan dalam pengangkutan, serta terjadinya hujan saat pemuatan.
"Dari hasil analisis stabilitas yang telah dilakukan, maka tenggelamnya Kapal Nur Allya di Perairan Halmahera, Maluku Utara, pada 21 Agustus diakibatkan likuefaksi muatan bijih nikel dengan nilai momen likuefaksi 474.630,996 ton," katanya.
Soerjanto menyebut fenomena ini mengakibatkan kapal secara spontan terbalik dalam periode yang sangat singkat.
"Kapal kehilangan stabilitas akibat terjadinya free surface dari muatannya. Selanjutnya kapal terbalik dan tenggelam," katanya.
Sebelumnya, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Ambon menerima laporan kapal kargo pengangkut nikel MV Nur Allya berpenumpang 25 orang hilang kontak selama lima hari sejak 20 Agustus di sekitar perairan sekitar Pulau Buru, Maluku.
Kronologinya, 20 Agustus 2019 pukul 15.56 WIT, Kapal MV Nur Allya berangkat dari Pelabuhan Weda, Maluku Utara, menuju Pelabuhan Morosi, Sulawesi Tenggara.
Kapal memuat bijih nikel sebanyak 51.500 metrik ton. Kapal diawaki oleh 25 orang dan dua orang pengikut. Kapal direncanakan tiba di Pelabuhan Morosi pada 23 Agustus 2019.
Pada 21 Agustus 2019 pukul 03.25 WIT berdasarkan data AIS, kapal berlayar dengan kecepatan 9,5 knot dengan arah haluan 183 derajat dengan koordinat berada di posisi 01°06'0.30" LS / 128°36'0.68" BT.
Pukul 03.56 WIT dari data AIS diketahui kecepatan kapal berubah menjadi satu knot dan haluan kapal mengarah ke 188 derajat.
Pada saat itu kapal berada di koordinat 01°10'1.33" LS / 128°35'1.25" BT yang merupakan data AIS Kapal MV Nur Allya terakhir kali terdeteksi, setelah itu perusahaan kehilangan kontak dengan Kapal MV Nur Allya.
(antara/arh)