Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengaku masih membenahi dan mengupayakan sinkronisasi dan integrasi data kasus virus corona (Covid-19) yang sampai saat ini belum real time.
Hal itu ia sampaikan sekaligus merespons pernyataan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang mengungkapkan hampir dua juta data Covid-19 belum terekam.
"Terkait data ini kita terus selalu ada ruang untuk improvement. Jadi memang kita menyadari bahwa dengan adanya berbagai sistem informasi baik itu yang ada di kabupaten/kota dan ada di provinsi serta di pusat," kata Nadia, Senin (8/2) kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nadia tak menampik hingga saat ini masih ada perbedaan jumlah data sebaran Covid-19 antara daerah dengan pusat, seperti yang terjadi di Jawa Tengah.
"Ini yang harus kita sinkronisasi supaya data-data tersebut betul-betul terlaporkan dan ter-capture dengan baik," ujarnya.
Sebelumnya, Luhut dalam sebuah diskusi virtual, Kamus (4/2), menyebut "hampir dua juta data atau mungkin lebih belum dimasukkan" dalam data nasional penanganan pandemi. Luhut tak menyebut data tersebut sebagai kasus positif Covid-19 atau bukan.
Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi meluruskan dua juta data yang dimaksud Luhut adalah kasus negatif yang belum dilaporkan.
Jodi mengklaim data-data itu belum tercatat karena banyak laboratorium yang cenderung lebih dahulu melaporkan kasus positif agar segera mendapat penanganan.
"Karena jumlah tes yang besar dan tenaga entry terbatas, laboratorium cenderung lebih dahulu melaporkan hasil positif agar bisa segera ditindaklanjuti," kata Jodi dalam keterangannya, Sabtu (6/2).
Lihat juga:PPKM Skala Mikro Mulai Diberlakukan Hari Ini |
Jodi mengatakan beberapa pihak salah menangkap maksud pernyataan Luhut. Menurutnya, dua juta data tersebut justru akan membuat angka positivity rate mengalami penurunan ketika sudah tercatat.
(khr/fra)