Satgas Penanganan Covid-19 tingkat RT/RW yang dibentuk di seluruh wilayah DKI Jakarta tak hanya menggelar sosialisasi dan pengetatan protokol kesehatan saja. Tak sedikit satgas yang berisikan pengurus RT/RW, warga, dan pihak-pihak terkait yang melakukan inovasi, mulai pada bidang teknologi hingga ketahanan pangan.
Hal itu seiring dengan upaya Pemprov DKI Jakarta menggalakkan kolaborasi antara berbagai pihak untuk menghadirkan Kampung Tangguh di seluruh wilayah ibu kota. Salah satunya di RW 08 Kelurahan Pegangsaan Dua, Jakarta Utara. Lurah Pegangsaan Dua Suci Cyntia Polaputri mengatakan, di wilayah seluas 91.622 m2 itu telah dilakukan kolaborasi antara Kader Jumantik dengan puskesmas setempat untuk penggunaan SI JUMON, yakni aplikasi yang membantu masyarakat memeriksa jentik nyamuk secara mandiri.
Memiliki 10 RT dengan 644 kepala keluarga, inovasi juga dilakukan dalam bidang ketahanan pangan dengan membuat tanaman hidroponik, tanaman yoga, budidaya ikan di dalam ember dan empang, hingga pengolahan makanan di dapur umum yang juga merupakan kolaborasi Kader PKK dengan Kader Jumantik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita juga melakukan kolaborasi di bidang ketahanan pangan dengan unsur Tiga Pilar, yaitu dengan pembentukan Kampung Tangguh. Di Kampung Tangguh ini kita siapkan beberapa lokasi (sebagai tempat menanam tanaman dan budidaya ikan). Banyak hal yang sudah kita lakukan semata-mata untuk melibatkan masyarakat selalu berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah untuk menangani Covid-19, khususnya di RW 08 Kelurahan Pegangsaan Dua," kata Suci.
RW 06 Kelurahan Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur memilih cara berbeda. Anggota Satgas Covid-19 RW 06 Utan Kayu Selatan Aris Widodo memaparkan, selain pembentukan Kampung Sehat, juga dilakukan penanaman tanaman hidroponik, serta budidaya ikan nila, lele, dan lobster.
"Sangat berperan dengan adanya Kampung Sehat ini, merupakan percontohan bagi RT yang lain. Untuk memberikan contoh bagaimana lingkungannya sangat bersih. Kemudian memberdayakan warga bagaimana untuk memperkuat perekonomian di wilayah. Ini dari hasil tersebut paling tidak bisa mencukupi kebutuhan pangan di sini. Kemudian juga apalagi kepada yang terpapar (Covid-19) ini, kita suplai, tidak usah susah payah," kata Aris Widodo.
![]() |
Manfaat inovasi ketahanan pangan ini pun dirasakan oleh warga RW 01 Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. Di masa pandemi, warga setempat banyak menanam sayuran hidroponik dan membuat kolam-kolam ikan lele. Ketua RW Ai Sumirah menyebut seluruh kolam ikan di wilayah RW 01 merupakan hasil jerih warga.
"Alhamdulillah selama pandemi ini (kami) membangkitkan Bapak/Ibu Ketua RT untuk semuanya membuat kolam ikan di 17 RT masing-masing. Akhirnya kita mempunyai 35 kolam ikan selama pandemi. Dan itu waktu awal, itu sepertinya tidak mungkin, tetapi berkat kerja sama dari semua Ketua RT dan seluruh elemen yang ada di wilayah, semua bisa terbentuk dengan baik," kata Ai Sumirah.
Ditambahkan Ai, inovasi itu juga memperkuat ekonomi warga dan terbukti mencukupi kebutuhan pribadi. Hasil panen tak hanya dibagikan kepada warga, namun juga dijual keluar sehingga menjadi penghasilan tambahan. Panji Setiawan, seorang warga RT 08 RW 01 mengakui manfaat inovasi ketahanan pangan. Menurutnya, inovasi itu membangkitkan kembali aktivitas yang sempat terganggu akibat pandemi.
"Ketahanan pangan itu sangatlah bermanfaat buat kami. Di saat masa Covid-19 ini, kita sempat terdiam. Tapi dengan support dari RW setempat dan jajarannya kami bangkit. Kami ingin sekali di masa Covid-19 ini tetap beraktivitas, tapi tetap dengan mengikuti protokol," ujarnya.
(rea)