Kronologi Rencana Hibah Rp9 M untuk Museum SBY di Pacitan

CNN Indonesia
Kamis, 18 Feb 2021 07:22 WIB
Presiden keenam RI yang menjabat dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Surabaya, CNN Indonesia --

Pembangunan museum yang memaparkan perjalanan hidup Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Pacitan, Jawa Timur, mengundang polemik. 

Pemicunya, Museum SBY-Ani Yudhoyono yang dibangun Yudhoyono Foundation itu dikabarkan mendapatkan gelontoran dana hibah Rp9 miliar dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Masyarakat dan netizen di media sosial mengungkapkan berbagai responsnya. Ada yang mendukung, namun ada pula yang mencibirnya.

Mereka yang kontra, menganggap pembangunan museum ini tak memiliki urgensi, apalagi sampai mendapatkan sokongan dana dari pemerintah. Bahkan, pada Rabu (17/2) siang jelang petang, tanda pagar (tagar/#) SBYMakanDanaPacitan sempat masuk jajaran 10 besar trending topic Twitter di Indonesia.

Menanggapi kabar dana hibah yang ditujukan untuk Museum SBY di Pacitan tersebut, Pemprov Jatim sudah mengonfirmasinya. Namun, Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jatim Heru Tjahjono mengatakan sejatinya tak sepenuhnya Rp9 miliar itu untuk pembangunan museum. Pencairan dana hibah juga harus memenuhi sejumlah syarat.

Heru mengatakan Pemerintah Kabupaten Pacitan mengajukan permohonan bantuan hibah pada 2019. Artinya di masa kepemimpinan Gubernur Khofifah Indar Parawansa.

"Pengajuannya [dari Pemkab Pacitan] 2019," kata Heru, saat dikonfirmasi, Rabu kemarin.

Anggaran itu sendiri, lanjut Heru, disetujui dan merupakan hibah bantuan keuangan (bk). Dana itu lalu dikucurkan ke APBD Kabupaten Pacitan pada Desember 2020, namun belum dicairkan ke Yudhoyono Foundation hingga sekarang.

"Hibah itu belum diluncurkan uangnya, belum dipergunakan sampai sekarang, masih di APBD Pacitan karena ada hal-hal yang harus dicukupi, uangnya masih utuh Rp9 M," ucapnya.

"Kalau uang itu mau dihibahkan ke Museum (SBY) harus ada kelengkapan lain," imbuhnya.

Sementara itu, secara terpisah, Bendahara Umum DPP Partai Demokrat Jawa Timur, Renville Antonio mengatakan rencana hibah dana Pemprov Jatim untuk Museum SBY-Ani itu sebenarnya telah ada sejak masa kepemimpinan Gubernur Jatim sebelumnya, Soekarwo atau Pakde Karwo, sekitar tahun 2018.

"Ini inisiatif gubernur, waktu itu Pakde Karwo langsung," kata Renville kemarin.

Kala itu, selain sebagai gubernur yang menjabat selama dua periode, Pakde Karwo juga merupakan Ketua DPD Demokrat Jatim. Ia pun dikenal dekat figur SBY yang memang pernah pula menjadi Ketua Umum Demokrat.

Meski demikian, Renville yang juga merupakan mantan Sekretaris Demokrat Jatim ini meyakinkan bahwa SBY tak pernah sekalipun meminta hibah tersebut ke Pakde Karwo ataupun Pemprov Jatim.

Menurutnya hibah dana sebesar Rp9 M itu merupakan bentuk pengharapan Pemprov Jatim kepada SBY. Ia pun mengucapkan rasa terima kasihnya.

"Pak SBY tidak pernah meminta. Jadi, ini murni. Kita berterima kasih kepada pemerintah provinsi dan kabupaten atas dorongan beliau membantu," kata Renville.

Mantan Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)

Pemberian hibah ini kata dia juga merupakan, sesuatu yang wajar, apalagi peruntukkannya untuk membangun museum kepresiden SBY, seorang putera daerah Jatim yang bisa jadi presiden.

"Ini murni bantuan dan sepanjang pengetahuan saya itu dibolehkan. Karena ini membantu yayasan apalagi ini [museum] presiden," kata dia.

Renville sendiri, juga mengaku heran mengapa pembangunan Museum SBY-Ani ini mendadak ramai jadi sorotan publik, berdekatan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Pacitan baru-baru ini. Padahal pembangunannya sudah dimulai awal tahun 2020 lalu.

"Saya juga heran ketika ada ramai-ramai apalagi ramainya dipas-paskan dengan kedatangan presiden. Padahal, ini sudah cukup lama dan semuanya sudah sesuai mekanisme," pungkas dia.

Diketahui SBY adalah putra daerah Pacitan. Dia lahir di kabupaten tersebut pada 9 September 1949, tepatnya di desa Tremos, Kecamatan Arjosari. Pria jebolan Akademi Militer 1973 itu kemudian membangun Partai Demokrat setelah keluar dari TNI lalu memenangi pemilu presiden sebanyak dua kali yakni 2004 (berpasangan dengan Jusuf Kalla) dan 2009 (berpasangan dengan Boediono).

Kemenangan SBY-JK pada 2004 silam juga tercatat sebagai kemenangan pertama pemilihan presiden secara langsung di Indonesia.

(frd/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK