Trauma Warga Intan Jaya Papua Terjebak Antara OPM dan TNI

CNN Indonesia
Jumat, 19 Feb 2021 17:16 WIB
Diperkirakan lebih dari seribu warga Intan Jaya masih mengungsi di kompleks Pastoran, beberapa di antaranya anak-anak dan orang tua.
Ilustrasi. Diperkirakan lebih dari seribu warga Intan Jaya masih mengungsi di kompleks Pastoran, beberapa di antaranya anak-anak dan orang tua. (Foto: ANTARA /HO-Humas Polda Papua)
Jakarta, CNN Indonesia --

Situasi di Kabupaten Intan JayaPapua beberapa hari belakangan ini tak biasa. Penduduk tidak bisa beraktivitas normal, toko-toko tutup, begitupun kantor pelayanan seperti bank.

Lebih sepekan warga dari setidaknya tiga kampung mengungsi di satu titik, di kompleks Pastoran Gereja Katolik Santo Mikael Bilogai, Distrik Sugapa.

Konflik senjata antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) memaksa ratusan orang itu keluar dari rumah mereka karena tak lagi merasa aman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Baku tembak sekarang sudah tidak. Tapi situasi memang siaga satu, masyarakat setempat juga tidak beraktivitas seperti biasa. Kemudian toko-toko juga tidak dibuka, bank juga tidak dibuka," cerita Michael--bukan nama sebenarnya, salah satu warga Intan Jaya yang dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (18/2).

Saling serang antara TPNPB-OPM dengan TNI berlangsung sejak Senin (8/2) pekan lalu. Anggota TNI, Ginanjar tewas ditembak TPNPB-OPM.

Buntutnya, anggota TNI pun menyisir kampung yang ditinggali masyarakat sipil. Perburuan TNI terhadap anggota TPNPB-OPM itu berujung pada penembakan seorang warga, Janius Bagau.

Padahal menurut Michael, Janius tak ada sangkut pautnya dengan TPNPB-OPM, ia warga biasa. Janius yang terkena luka tembak di bagian tangan itu lantas dibawa ke rumah sakit ditemani dua anggota keluarga yakni Justinus Bagau dan Sonny Bagau. Tapi malam harinya, lanjut Michael, anggota TNI menyambangi rumah sakit dan diduga memukul ketiga orang itu hingga tewas.

"Malam jam 11 itu TNI masuk di rumah sakit. Mereka suruh dokter yang rawat pasien ini dan istrinya keluar. Lalu mereka [TNI] masuk, sampai kasih siksa ketiga orang itu. Kasih siksa sampai bunuh di dalam rumah sakit," kata Michael.

"Setelah itu alasan mereka, katanya dua anak ini mau rampas senjata," lanjut dia lagi.

CNNIndonesia.com mengonfirmasi informasi tersebut ke Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Kapen Kogabwilhan III) Kolonel CZI IGN Suriastawa dan Kapendam XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Reza Nur, tapi keduanya tidak memberikan jawaban jelas.

Reza Nur meminta CNNIndonesia.com bertanya ke Suriastawa. Sedangkan Suriastawa tak bisa menjelaskan detail atas alasan sakit.

Namun sebelumnya TNI telah mengakui penembakan tersebut. Suriastawa saat dikonfirmasi pada Selasa (16/2) mengklaim ketiga warga merampas senjata aparat, sehingga tembakan pun dilepaskan. Suriastawa menyebut ketiga warga bagian dari kelompok sipil bersenjata.

Klaim TNI itu dibantah pihak keluarga dan warga. Michael menyangsikan ketiga orang tersebut merampas senjata. Mengingat jumlah pasukan TNI lebih banyak dan warga dalam kondisi luka.

"Tidak masuk akal. Bagaimana anggota [TNI] sudah banyak begitu, rampok saja tidak bisa [menembus]. Anggota [TNI] sudah keliling begitu, kakaknya [Janius] sudah susah bergerak, mau lari bagaimana? Kemudian laki-laki dua [Justinus dan Sonny] itu kecil, mereka mau rampas senjata bagaimana?" ungkap Michael.

Dia memastikan ketiga orang tersebut merupakan warga sipil dan tidak tergabung dengan TPNPB-OPM. Michael menerangkan, anggota TPNPB-OPM yang diburu TNI itu memang memiliki marga yang sama dengan warga sipil tersebut, yakni Bagau. Akan tetapi nama depan mereka berbeda.

"Pernyataan TPNPB-OPM minta perang terbuka itu memang ada nama [pasukannya], dimuat dalam itu, tapi yang kemarin ditembak itu mereka salah nama," tutur dia.

"Menurut pihak keluarga, kenapa tembak Bagau ini, padahal nama depannya beda, marganya memang sama. Coba lihat baik-baik kah, sesuai KTP kah, kenapa langsung begitu, tidak lihat huruf satu per satu. Itu yang mereka kesal," imbuh Michael.

Berlanjut ke Halaman Selanjutnya...

'Sekarang Mayarakat Intan Jaya Hidup Trauma dan Ketakutan'

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER