Air bah alias banjir akibat luapan saluran air karena curah hujan tinggi masih menggenangi sejumlah wilayah di DKI Jakarta hingga Sabtu (20/2) malam. Salah satunya di titik Jalan Jenderal Sudirman, Gatot Subroto, hingga Bendungan Hilir (Benhil) Raya, Jakarta Pusat.
Berdasarkan laporan TMC Polda Metro Jaya per pukul pantauan situasi air bah di Jalan Benhil Raya adalah sekitar 40-60 cm.
"Dan di depan rumah sakit Mintoharjo sekitar 80 (cm)," demikian laporan petugas kepolisian seperti dikutip dari akun Twitter TMC Polda Metro Jaya, Sabtu malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, sekitar pukul 22.08 WIB, situasi lalu lintas di depan kantor LIPI, Jalan Gatot Subroto masih terdapat genangan air setinggi 40 cm. Polisi pun mengalihkan kendaraan baik roda dua maupun roda empat untuk melalui lajur Busway yang akan menuju Semanggi, karena posisinya yang relatif tak terlalu tinggi genangannya.
Lalu di depan Sampoerna Strategic, Jalan Sudirman sampai kolong Semanggi terdapat genangan air setinggi sekitar 20 cm. Per pukul 20.54 WIB, bisa dilalui 1 jalur kendaraan dengan arahan petugas pengaturan di lokasi.
Masih di Jakarta Pusat, per pukul 22.35 WIB, Jalan Bungur Raya dari Garuda Kemayoran yang menuju Pintu Besi pada kedua arahnya masih terdapat genangan air setinggi 40 cm. Meskipun demikian, dilaporkan jalur tersebut masih dapat dilalui kendaraan. Pengendara pun diimbau berhati-hati.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan dini mengenai kewaspadaan potensi hujan intensitas lebat hingga 25 Februari 2021.
"Untuk itu warga diimbau tetap waspada terhadap potensi banjir yang dapat terjadi. terutama hujan di malam hari, yang menerus hingga dini hari dan esok hari menjelang pagi. Sementara 21 Februari intensitas hujan cenderung melemah hingga 22 Februari, dan akan meningkat kembali menjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi pada tanggal 23 s/d 24 Februari 2021," demikian keterangan BMKG seperti dikutip dari situs resminya.
BMKG mencatat kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek itu karena pada 18-19 Februari terpantau adanya gerakan udara dari Asia yang cukup signifikan mengakibatakan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat. Kemudian terpantau aktivitas Rossby equatorial mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok tepat melewati Jabodetabek, sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan.
Kemudian tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi, hal ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek. Selain itu, terpantau ada daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian besar Pulau Jawa dan berkontribusi juga dalam peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di barat Jawa.
"Curah hujan yang terjadi saat ini di DKI Jakarta sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan curah hujan pada Januari 2020 yang juga menyebabkan banjir di wilayah Jabodetabek," demikian pernyataan BMKG.
Wilayah Jabodetabek masih masuk puncak musim hujan yang diperkirakan masih berlangsung pada akhir Februari hingga awal Maret 2021.