IDI Minta Kasus Kematian Covid-19 Jadi Perhatian
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi meminta masyarakat tak hanya fokus pada positivity rate yang melandai pada beberapa hari terakhir. Menurutnya, angka kematian pasien positif Covid-19 juga penting untuk diperhatikan.
"Faktor yang kita lihat bukan hanya sekedar indikator penurunan kasus saja, tapi yang paling penting juga kita harus melihat laju mortalitas," kata Adib dalam acara daring, Senin (1/3).
Adib pun menyoroti penurunan positivity rate yang terjadi sepekan terakhir. Tercatat per 20 Februari angka positivity rate menurun. Rinciannya 20 Februari 25 persen, 21 Februari 24,9 persen, 23 Februari 17,58 persen, 24 Februari 14,35 persen.
Kemudian pada 25 Februari naik sedikit menjadi 16,97 persen, 26 Februari 20,7 persen, 28 Februari 26,2 persen. Angka positivity rate 1 Maret naik kembali menjadi 35,26 persen.
Sementara itu, kasus kematian pasien Covid-19 masih di atas 100 per hari. Secara kumulatif pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia mencapai 36.325 orang.
Adib meminta agar pemerintah fokus kembali menguatkan strategi tes, telusur, dan tindak lanjut (3T). Sedangkan masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan 3M, meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
"Jadi kalau upaya 3T-nya itu bisa dimaksimalkan, ditambah nanti dengan program vaksinasi berhasil dengan baik maka target untuk herd immunity bisa kita capai dalam setahun ini seharusnya. Dan kita bisa melihat apakah kurva ini benar-benar melandai atau akan naik kembali," ujarnya.
Lebih lanjut, Adib menjelaskan berbagai faktor yang masih menjadi kendala Indonesia sulit terbebas dari pandemi Covid-19.
Pertama, ketidaksiapan sistem kesehatan nasional di dalam menghadapi situasi pandemi. Kedua, ketergantungan industri dan teknologi kesehatan terhadap luar negeri.
Ketiga, sinergi sistem kesehatan nasional yang belum kuat, dan keempat ketidaksiapan serta ketidakpatuhan masyarakat dalam menghadapi situasi pandemi.
"Empat hal itulah yang membawa suatu kondisi, karena bicara terkait problem kesehatan di Indonesia itu sudah banyak dari masalah yang terjadi sebelum pandemi," katanya.
Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman juga sempat menyoroti lonjakan angka kematian di tengah tren penurunan rasio positif harian. Menurutnya, kasus kematian yang terus bertambah menandakan pemerintah telah gagal mendeteksi kasus positif.
(khr/fra)