Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan akan segera menetapkan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjelang musim kemarau tiba.
Setelah penetapan status siaga, pemprov akan segera mengajukan operasional teknik modifikasi cuaca (TMC) serta pengadaan armada helikopter untuk water bombing.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan penetapan status siaga darurat dilakukan setelah BMKG menggelar rilis terkait prakira cuaca musim kemarau tahun ini. Dalam pekan ini, pihaknya bersama instansi terkait akan segera melakukan apel besar untuk melakukan kesiapsiagaan sebelum penetapan siaga darurat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Paling tidak setelah status ditetapkan organisasi kesatuan, keadministrasian, dan kesiapan personel serta alat juga siap," kata Deru saat Rakor Karhutla Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Mapolda Sumsel, Senin (1/3).
Deru mengatakan saat ini kesadaran masyarakat terkait untuk tidak membakar lahan semakin meningkat setiap tahunnya. Selain tidak membakar, masyarakat pun saat ini lebih aktif untuk mencegah karhutla tidak terjadi di lingkungannya.
Hal tersebut terlihat dari pengurangan jumlah desa rawan karhutla dari 140 menjadi 90 desa tahun ini.
"Penanganan inilah yang sedang dikerjakan agar pencegahan ini dilakukan dan melibatkan masyarakat. Kita mau 2020 jadi standar pencegahan karhutla, itu yang harus ditiru di tahun 2021 dan tahun mendatang," ujar dia.
Sosialisasi dan pendampingan terhadap masyarakat untuk tidak membakar lahan merupakan solusi jangka pendek. Deru mengatakan pemerintah daerah membantu masyarakat mengolah tebasan rumput pada lahan yang hendak dibakar untuk dijadikan sebagai pupuk.
Sedangkan solusi jangka panjang, pemerintah daerah mengupayakan tanah-tanah kosong untuk segera dikelola. Kebanyakan tanah kosong tersebut milik negara dan perusahaan.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Iriansyah mengatakan Pemprov bisa segera mengajukan bantuan alat dan personel sejak dini jika status siaga darurat sudah ditetapkan.
"Setelah siaga darurat ditetapkan, kita bisa mengajukan armada helikopter ke BNPB dan TMC ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan," kata dia.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Palembang Hartanto mengungkapkan pihaknya memprediksi kemarau tahun ini akan lebih kering dibanding 2020 lalu. Pada awal Maret diprediksi masih dalam masa puncak musim hujan. Memasuki April dan Mei, musim kemarau mulai melanda Sumsel.
"Potensi karhutla mulai muncul dan puncaknya kemarau di Agustus. Karakteristiknya masih kemarau normal. La Nina yang terjadi sejak tahun lalu saat ini masih terjadi," ujar Hartanto.
"Namun mulai lemah dan kembali normal pada Mei ini. Sekarang di Sumsel sebagian daerah sudah masuk kemarau di wilayah pesisir seperti di OKI, Banyuasin, dan Musi Banyuasin," tambahnya.
Masih akan ada hujan pada musim kemarau ini namun intensitasnya rendah. Pada puncak musim kemarau, potensi hujan turun kurang dari 50 milimeter per 10 hari. Hartanto berujar, intensitas tersebut sangat kering.
"Cuaca cenderung panas, kering, dan tanpa hujan akan memperluas potensi karhutla. Saat ini hingga April adalah masa peralihan, potensinya cuaca ekstrem. Langkah penetapan status siaga darurat lebih dini sudah tepat yang dilakukan pemerintah," ujar dia.