Titik Api di Riau Turun, Operasi Modifikasi Cuaca Digelar

CNN Indonesia
Rabu, 03 Mar 2021 00:56 WIB
Ilustrasi teknologi modifikasi cuaca. (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan sejumlah lembaga menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai meluas di Provinsi Riau.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Basar Manullang mengatakan pihaknya telah menurunkan satu unit helikopter tipe Bell-412 ke lokasi karhutla untuk melakukan pemadaman dengan air melalui udara.

"Selain itu dalam waktu dekat KLHK bersama BNPB, BPPT, TNI Angkatan Udara, BMKG dan BPBD Riau juga akan melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Riau dan sekitarnya," kata dia dikutip melalui keterangan resmi KLHK, Selasa (2/3).

Ia mengatakan tim pemadaman melakukan patroli udara dan pengecekan karhutla di beberapa titik di Riau, meliputi Karya Indah, Pematang Pudu, Lubuk Gaung, Bukit Timah, Pergam Rupat, Tanjung Leban, dan SM. Giam Siak Kecil.

Pada beberapa lokasi, titik api sudah berhasil dipadamkan. Mengutip situs SiPongi, titik api di wilayah Riau turun menjadi dua pada periode 23 Februari-1 Maret. Tadinya, titik api mencapai 31 pada periode 16-22 Februari.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau memprediksi kejadian karhutla di wilayah tersebut masih akan terus berlanjut sampai Idul Fitri atau Mei 2021. Alasannya karena faktor utama karhutla yang dinilai belum dibenahi dan berkaca pada waktu kejadian karhutla setiap tahunnya.

"Prediksikan masih akan terjadi hingga lebaran," ucap Deputi Direktur Walhi Riau Fandi Rahman ketika dihubungi CNNIndonesia.com.

Fandi mengatakan karhutla merupakan kejadian musiman yang rutin dialami di Riau. Menurutnya, faktor utama karhutla di wilayah itu karena kerusakan lingkungan dan degradasi gambut yang tidak diperbaiki.

Ia menyebut 4,9 juta hektare wilayah Riau merupakan kawasan gambut. Untuk mengantisipasi karhutla, kata dia, kawasan gambut itu seharusnya rutin dibasahi. Namun menurut pantauannya, karhutla masih sering terjadi di kawasan gambut. Ia menduga itu karena kawasan gambut tersebut kering.

"Seharusnya gambut ini kan basah. Kalau masih dalam kondisi baik dan terjaga, tidak mungkin terbakar," tuturnya.

Selain pemeliharaan gambut yang belum maksimal, Fandi mengatakan karhutla di Riau sering kali meluas karena sulit dipadamkan. Persoalan utamanya karena lokasi karhutla jauh dari akses sumber air.

Menurutnya, permasalahan ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Ia juga menyinggung sikap pemerintah terhadap karhutla yang berulang terjadi di konsesi perusahaan. Fandi mendesak pemerintah mengungkap duduk perkara dan penyebab setiap kejadian karhutla.

Analisis Potensi Awan Hujan untuk Teknologi Modifikasi Cuaca. (Foto: bmkg.go.id)

Titik Api di Kalbar

Mengutip situs SiPongi, titik api karhutla di Kalimantan Barat terdeteksi mencapai 60 sepanjang 23 Februari-1 Maret 2021. Angka ini melonjak dari minggu sebelumnya, 22-16 Februari, dengan 20 titik panas. Karhutla pun mulai terdeteksi di sejumlah wilayah di Kalimantan Barat.

Salah satu kejadian karhutla terpantau di lahan gambut kawasan Trans Kecamatan Kalis, Kabupaten Kapuas Hulu pada Jumat (26/2). Api berhasil dipadamkan sekitar tiga jam setelah kejadian.

"Lahan yang terbakar sekitar tiga hingga empat hektare di lahan usaha masyarakat setempat, kejadian sekitar pukul 17.45 WIB dan berhasil dipadamkan pukul 21.00 WIB, Kamis (25/2)," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapuas Hulu Gunawan, dikutip dari Antara.

Sementara itu, Pemerintah Kota Pontianak menyegel lima lokasi lahan di Kecamatan Pontianak Tenggara dan Selatan yang terbakar dan tidak memberikan izin dalam bentuk apapun selama lima tahun terakhir. Pemilik lahan juga diberikan sanksi terkait tindakannya tersebut.

Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan beberapa lokasi lahan yang terbakar ingin dibangun perumahan. Ia pun berjanji akan menindak tegas pihak yang dengan sengaja dan lalai melakukan pembakaran.

"Yang pasti tanah-tanah yang sudah dipetakan oleh BPN (Badan Pertanahan Nasional) akan dibekukan sementara hingga kurun waktu tiga sampai lima tahun sesuai Perwa No. 55 Tahun 2018," kata dia, Sabtu (27/2).

(fey/arh)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK