Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto meyakinkan publik bahwa Vaksin Nusantara yang diprakarsainya aman digunakan untuk segala jenis penyakit bawaan alias komorbid yang dimiliki warga.
Terawan menjelaskan Vaksin Nusantara berbasis sel dendritik autolog atau komponen dari sel darah putih, yang kemudian dipaparkan dengan antigen dari Sars-Cov-2. Sehingga vaksin Nusantara akan memiliki kegunaan individual terhadap sasaran vaksinasi.
"Saya waktu selaku Menkes berperan serta di dalam kegiatan anak bangsa yang ingin mengembangkan vaksin berbasis dendritik sel. Yang tentunya sifatnya autologus, individual, dan tentunya sangat-sangat aman," kata Terawan dalam agenda Rapat Kerja bersama Komisi IX yang disiarkan melalui kanal YouTube DPR RI, Rabu (10/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terawan mengatakan dengan inisiatif Vaksin Nusantara, maka diharapkan masyarakat yang masuk dalam pengecualian kriteria vaksin dapat tetap menerima vaksin nusantara. Dengan kondisi itu, maka keberadaan vaksin nusantara diharapkan dapat membantu upaya pemerintah dalam menggenjot vaksinasi guna mencapai target herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap virus.
Pengembangan dan uji klinis vaksin itu merupakan kerja sama antara PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, Universitas Diponegoro, dan RSUP dr. Kariadi Semarang.
"Paling tidak bisa mengatasi autoimun, komorbid berat, dan terkendala vaksin lain. Ini menjadi sebuah solusi maupun alternatif yang bisa digunakan," jelasnya.
Terawan sekaligus bercerita, sejak 2015, dirinya telah mengembangkan sel dendritik di cell cure center di RSPAD Gatot Subroto. Lantas dengan melihat perkembangan pandemi Covid-19 di tanah air, ia pun mengaku langsung berinisiatif mengembangkan virus berbasis sel dendritik.
Terawan juga mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah mempublikasikan berbagai jurnal ilmiah internasional tentang penelitian ini. Hanya saja jurnal tersebut masih banyak berbasis sel dendritik untuk kanker, bukan untuk Covid-19.
"Jadi saya senangnya itu memang untuk riset," akunya.
Harapannya, Kementerian Kesehatan mampu menyokong proses pengembangan Vaksin Nusantara ini. Ia juga meminta agar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mampu mengawal evaluasi hasil uji klinis I vaksin ini.
Saat ini, Terawan mengaku belum bisa bertindak lanjut sebelum BPOM memberikan lampu hijau untuk Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis II dan III.
"Mudah-mudahan ini bisa terus berlanjut supporting dari Kementerian Kesehatan dan BPOM," ujar Terawan.
(khr/wis)