Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menyiapkan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk 24 Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri dan swasta mulai Senin (22/3). Tujuannya, untuk membiasakan peserta didik dengan protokol kesehatan (prokes) di lingkungan sekolah.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Solo Dwi Aryatno mengatakan uji coba dibagi menjadi tiga fase dengan durasi jam pelajaran dan lingkup kegiatan yang semakin meningkat. Kelas 9 SMP akan menjadi yang pertama yang mengikuti PTM disusul kelas 8, dan 7.
"Targetnya bukan pada proses pembelajarannya tapi pada pembiasaan perilaku anaknya," katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Solo, Selasa (16/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap sekolah diwajibkan menyusun protokol kesehatan sesuai dengan kondisi masing-masing. Secara umum, setiap orang harus melalui pos pemeriksaan suhu badan dan mencuci tangan sebelum memasuki lingkungan sekolah.
Masker dan jaga jarak diwajibkan selama berada di sekolah. Disdik juga mewajibkan orang tua untuk mengantar jemput murid untuk meminimalisir interaksi anak-anak di luar lingkungan sekolah.
"Kedatangan dan kepulangan kita minta waktunya dijeda. Jadi tidak ada antrean anak. Jadi jemputnya di depan sekolah langsung dipanggil," katanya.
Fase pertama direncanakan berlangsung dua pekan. Murid-murid hanya mengikuti 2 jam pelajaran tanpa jeda istirahat. Jumlah murid juga dibatasi maksimal setengah kapasitas kelas dengan jarak meja 1,5 meter.
Interaksi murid-murid juga dibatasi hanya di dalam kelas di bawah pengawasan guru. Mereka diharuskan pulang setelah dua jam mengikuti pelajaran di kelas.
"Satu kelas kita bagi dua. Yang sebagian ikut PTM, yang lain masih pembelajaran jarak jauh (PJJ). Itu berjalan seminggu, minggu berikutnya mereka gantian," katanya.
Pada fase kedua, jam pelajaran ditambah menjadi 5 jam dengan satu kali istirahat 15 menit. Di fase ini, murid-murid mulai dikenalkan dengan protokol kesehatan di perpustakaan, tempat ibadah, ruang guru, dan laboratorium. Sama seperti fase pertama, fase kedua juga berlangsung dua pekan.
"Nanti juga sama, separuh kelas ikut PTM, separuh masih PJJ seminggu pertama, seminggu berikutnya gantian," katanya.
Memasuki fase ketiga, lanjut Dwi, murid-murid diharapkan sudah terbiasa dengan protokol kesehatan di lingkungan sekolah. Masing-masing sekolah dapat menetapkan jadwal pelajaran secara penuh.
"Yang saya baca tadi sampai 7 jam dengan dua kali istirahat," katanya.
Tiga fase tersebut, terang Dwi, dijalankan secara berjenjang di masing-masing tingkatan.
"Jadi kalau kelas 9 masuk fase kedua, kelas 8 mulai masuk menggunakan mekanisme fase pertama. Saat kelas 9 masuk fase ketiga, kelas 8 masuk fase kedua, kelas 7 masuk fase pertama," katanya.
"Harapan kami bulan Juli mereka sudah siap masuk penuh di tahun ajaran baru sesuai target pak Walikota," katanya.
Sebelumnya, Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka menargetkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di wilayahnya dapat dilaksanakan di tahun ajaran baru, Juli 2021. Ia memastikan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo sudah menyiapkan kebutuhan sekolah dan tenaga pendidik untuk menjalankan PTM tersebut.
![]() |
"Kita pastikan semua guru dan karyawan di sekolah sudah disuntik (vaksin) semuanya," kata dia.
Terpisah, Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda menargetkan, sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tahun ajaran baru yang dimulai pada Juli 2021 bisa dilakukan dengan tatap muka.
Syaratnya, vaksinasi terhadap seluruh guru di Palembang bisa dicapai.
"Kalau memang semua tenaga pengajar sudah divaksin kemungkinan Juli 2021 KBM tatap muka bisa dilaksanakan. Sesuai Rekomendasi IDAI juga, apabila Palembang masuk dalam zona hijau dan semua tenaga pengajar sudah divaksin maka pembelajaran tatap muka bisa digelar," kata dia.
Sementara itu, Epidemiolog dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo mewanti-wanti pemerintah perihal risiko penularan Virus Corona yang tinggi jika sekolah tatap muka tetap dilakukan pada Juli 2021.
Menurutnya, sekolah tatap muka dapat kembali dibuka asal dengan syarat pandemi terkendali, yakni rasio kasus positif atau positivity rate ada di bawah 5 persen dan reproduction number (Rt) Covid-19 di bawah angka 1.
Sementara saat ini, positivity rate harian Indonesia masih berada di atas 15 persen, dan bahkan sempat mencapai puncak tertinggi sebanyak 40,07 persen pada 18 Januari lalu.
"Pembukaan sekolah masih sangat berisiko karena pandemi belum berakhir, positivity rate harus di bawah ambang batas WHO yang 5 persen itu. Dan itu tidak bisa dicapai kalau kita hanya mengandalkan vaksin," kata Windhu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (5/3).
Positivity rate merupakan persentase perhitungan dari penambahan kasus positif Covid-19 setiap hari dibagi jumlah orang yang diperiksa pada hari tersebut, kemudian dikali 100 persen. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas miniml angka positivity rate kurang dari 5 persen.
(syd/idz/khr/arh)