Ma'ruf Amin Soroti Impor Obat: Kemandirian Sangat Mendesak

CNN Indonesia
Jumat, 26 Mar 2021 04:01 WIB
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai kemandirian Indonesia di bidang kesehatan tergolong rendah. Sekitar 90 persen lat kesehatan hingga obat-obatan masih impor. (Foto: Setwapres)
Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut tingkat kemandirian Indonesia khususnya di bidang kesehatan tergolong rendah. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya impor alat kesehatan hingga obat-obatan, yang semestinya bisa diproduksi sendiri di dalam negeri.

"90 persen bahan baku obat-obatan masih diimpor dari luar negeri. Sama seperti yang terjadi dengan obat, sekitar 94 persen alat kesehatan (alkes) yang beredar di Indonesia merupakan produk impor," kata Ma'ruf saat menyampaikan sambutan dalam webinar Majelis Wali Amanat (MWA) yang digelar Universitas Indonesia terkait Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan Indonesia, Kamis (25/3).

Jika memang ada produk alat kesehatan buatan dalam negeri, bahan baku yang digunakan pun tergolong sederhana. Produk ini juga dibuat dengan teknologi dasar yang sangat sederhana.

Bahkan kata Ma'ruf hal ini bisa dibuktikan dengan rendahnya pertumbuhan industri alat kesehatan yang tak menyentuh angka 20 persen.

"Sampai saat ini alkes yang diproduksi di dalam negeri masih didominasi oleh produk-produk dasar dengan teknologi sederhana, dengan angka pertumbuhan industri alkes mencapai 12 persen setiap tahunnya," kata dia.

Ma'ruf kemudian menyinggung desakan akan kebutuhan alat kesehatan dan obat-obatan saat pandemi Covid-19 terjadi di awal 2020. Indonesia kekurangan berbagai alkes untuk mengatasi pandemi ini.

Menurutnya, ini menjadi pekerjaan rumah yang tergolong besar bagi pemerintah untuk setidaknya mendorong kemandirian produksi dari sejumlah perusahaan farmasi baik swasta maupun nasional.

"Upaya mendorong kemandirian produksi obat khususnya obat generik, menjadi sangat mendesak untuk dilakukan," kata dia.

Lebih lanjut Ma'ruf juga ingin ada peningkatan kemandirian Indonesia di ranah industri dan peningkatan kapasitas lembaga riset termasuk kapasitas surveilan genomik.

Apalagi, jika mengutip data Kementerian Perindustrian, Ma'ruf merinci saat ini hanya terdapat 178 perusahaan farmasi swasta nasional, 24 perusahaan multi-nasional dan 4 BUMN dari data terakhir 2019 lalu.

"Saya berharap kemampuan ini dan riset pengembangan alat-alat kesehatan serta obat-obatan terus ditingkatkan karena hal ini sangat vital bagi upaya kita membangun kemandirian kesehatan," kata Ma'ruf.

(tst/pmg)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK