Direktur Pertani Beber Kronologi Proyek Bansos Covid-19

CNN Indonesia
Selasa, 30 Mar 2021 00:37 WIB
Direktur Operasional PT Pertani Lalan Sukmajaya mengungkapkan awal mula perusahaan terlibat proyek pengadaan bansos covid-19 di Kemensos. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya).
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Operasional PT Pertani Lalan Sukmajaya mengungkapkan awal mula keterlibatan perusahaannya dalam proyek pengadaan bantuan sosial (bansos) penanganan covid-19 di Kementerian Sosial (Kemensos).

Lalan mengaku pertama kali memperoleh informasi terkait proyek bansos dari seorang teman yang juga direktur Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Ia lantas meneruskan informasi tersebut kepada Direktur Utama Pertani Maryono dan Direktur Keuangan Pertani yang juga Kepala Divisi Penjualan Pertani Muslih.

"Lalu direksi sepakat untuk mengerjakan pekerjaan ini karena kami juga sudah pernah kerjakan tapi paketnya kecil-kecil. Misalnya 10 ribu paket dan untuk CSR BUMN lalu kami kirim surat penawaran dan pada 11 April 2020 diundang ke Kemensos untuk membedah harga penawaran, katanya ada yang kemahalan," kata Lalan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (29/3) malam.

Lalan dihadirkan sebagai saksi dalam sidang kasus dugaan korupsi bansos dengan terdakwa Harry Van Sidabukke dan Ardian Iskandar Maddanatja.

Dalam persidangan ini, Pertani diketahui hanya menyanggupi penyediaan 50 ribu paket bansos. Hal itu berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Lalan yang dibacakan jaksa KPK.

Namun, pada kenyataannya, Pertani mendapatkan kuota sebanyak 90.366 paket bansos tahap I.

"Dalam BAP saudara mengatakan, 'Kami hanya sanggup 50 ribu paket. Tapi, Pak Roni [Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos, MO Royani] minta agar Pertani ambil 100 ribu paket karena BUMN benar?" tanya jaksa.

"Beliau [Royani] tawarkan 100 ribu sajalah, kan BUMN, tapi di SPPBJ (Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa) hanya 90 ribu sekian untuk seluruh Jakarta Pusat," jawab Lalan.

Guna meringankan beban atas kuota yang diberikan, Pertani menggandeng sejumlah perusahaan lain. Harry Sidabukke yang mewakili PT Mandala Hamonangan Sude mendatangi Lalan dan menawarkan bantuan penyediaan bansos non-beras seperti minyak goreng, mi instan, hingga sarden.

"Katanya dia [Harry] dapat informasi kalau Pertani dapat untuk bansos sedangkan perusahaannya tidak dapat dan menawarkan bagaimana kalau dibantu untuk penyediaan barang non-beras, saya tidak langsung mengiyakan karena kami juga ada 'supplier' lain. Tapi, karena 'supplier' itu batal jadi akhirnya kami putuskan menunjuk PT Hamonangan Sude," terang Lalan.

"Kami lalu buat kesepakatan dengan Hamonangan Sude karena mau bayar 'back to back' atau kredit dan harga barangnya juga masih sesuai, apalagi waktu pengerjaan mepet, jadi kami pikir ini harus kami ambil," lanjut dia.

Sementara untuk kecap dan sambal dari Alamanda, susu dari Zarafa Ridho Lestari, kopi dan teh dari PTPN VIII, serta tas kain atau goodie bag dari PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex dan Kalifa. Adapun pengiriman oleh PT Pos Indonesia.

Total paket yang disediakan oleh Pertani adalah 635.543 paket dengan nilai kontrak Rp183.462.900.000.

Dalam sidang ini duduk sebagai terdakwa adalah Harry Van Sidabukke dan Ardian Iskandar Maddanatja. Mereka didakwa telah menyuap mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara dengan Rp3,2 miliar guna memuluskan penunjukan perusahaan penyedia bansos di Kementerian Sosial.

(sfr/ryn/sfr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK