ANALISIS

Kebangkitan Sel Tidur di Balik Teror Bom Gereja Makassar

CNN Indonesia
Rabu, 31 Mar 2021 07:15 WIB
Rentetan penangkapan terduga teroris dalam sebulan terakhir dinilai telah memicu kebangkitan sel-sel jaringan radikal untuk melancarkan aksi teror pembalasan.
Tim gabungan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan Brimob Polda Sulsel menggiring tersangka teroris saat akan diberangkatkan ke Jakarta di Bandara lama Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (4/2/2021). (ANTARA FOTO/ABRIAWAN ABHE)

Pengamat terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie mengatakan sel-sel terorisme di Indonesia saat ini jaringannya masih aktif dan saling terkait dengan JAD, terutama JI.

Menurut Andrie, ada sejumlah daerah yang memang menjadi basis pelaku teror itu, sehingga tetap eksis walaupun aksi penangkapan tengah gencar dilakukan Tim Densus 88. Keberadaan mereka, menurut Andrie, banyak tak terlacak sebab dilindungi oleh para terduga teroris lain yang sudah tertangkap. Mereka juga tak teridentifikasi meski tinggal di tengah lingkungan masyarakat.

"Mengingat bisa jadi melindungi. Bisa jadi memang hanya nama-nama tertentu yang saling berkompromi untuk siapa membuka siapa," kata Andrie.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang diungkap Khairul, Andrie menilai teror yang terjadi di Makassar pada akhir pekan lalu adalah aksi balas dendam menyusul penangkapan yang masif dilakukan sebelumnya. Sebab, menurut Andrie, mereka memiliki komitmen untuk mendukung dan melindungi satu sama lain.

Itu, sambungnya, menjadi salah satu motif termasuk yang utama adalah harus terus beramaliah karena ideologi yang mereka yakini.

"Karena penangkapan anggota kelompok harusnya tidak menghalangi niat mereka untuk melanjutkan rencana," katanya.

Target Rekrutmen Pasutri

Teror bom di Katedral Makassar pada akhir pekan lalu itu berselang tak lebih dari dua tahun dari aksi bom bunuh diri serupa yang terjadi di Polrestabes Medan November 2019 lalu. Dan, berselang tiga tahun dari tiga bom yang meledak di tiga gereja di Surabaya pada Mei 2018 yang dilakukan pasangan suami-istri (pasutri) dan empat anak mereka.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menemukan kesamaan dengan pola aksi bom bunuh diri di Makassar dan Surabaya. Keduanya dilakukan oleh pasutri dan menjadikan gereja sebagai target amaliah atau jihad.

Mengenai fenomena tersebut, eks terpidana kasus terorisme, Sofyan Tsauri menyatakan memang ada tren lain yang digunakan para kelompok teroris untuk memanfaatkan pasutri sebagai 'pengantin'. 'Pengantin' adalah istilah yang kerap disematkan pada pelaku teror yang memang tak sendiri dalam melakukan aksinya.

Petugas kepolisian mengangkat kantong jenazah berisi bagian tubuh dari terduga pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021). Bagian tubuh jenazah tersebut selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk diidentifikasi. ANTARA FOTO/Indra Abriyanto/AP/wsj.Petugas kepolisian mengangkat kantong jenazah berisi bagian tubuh dari terduga pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021). (ANTARA FOTO/Indra Abriyanto)

Sofyan yang merupakan mantan anggota kepolisian itu mengatakan tren mulai berlaku sejak beberapa tahun terakhir saat Dita Upriyanto beserta istri dan keempat anak mereka berbagi tugas meledakkan diri di tiga gereja di Surabaya.

Menurut Sofyan, para pelaku yang merupakan pasutri meyakini bahwa aksi bom bunuh diri yang mereka lakukan dapat membawa mereka ke surga bersama-sama.

"Ya mereka pengen masuk surga bareng-bareng. Pengen di akhirat bersama-sama dengan orang yang dicintai. Ada istilah, kita bersama dengan orang yang kita cintai di akhirat nanti, jadi motivasi seperti itu yang kuat," kata Sofyan.

Selain itu, menurut Sofyan, strategi rekrutmen terhadap pada wanita juga untuk memperlihatkan motivasi baru bagi para laki-laki untuk beramaliah.

"Ini juga memicu kepada laki-laki, kalau perempuan saja mereka sudah berani, kenapa laki-lakinya tidak. Jadi ada pesan moral juga yang dilakukan kelompok," imbuhnya.

(thr/kid)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER